42

518 54 0
                                    

Haii semuanya!!! Akhirnya saya kembali setelah hiat berbulan-bulan hehe. Adakah yang stay nungguin kelanjutan cerita prik ini? Kalau ada alhamdulillah bangettt, aku respect banget sama kalian😭🔥❤

[PERINGATAN = JANGAN LUPA BACA PART SEBELUMNYA💕]

Yuk baca, tapi jangan lupa vote yaa😗🔥


«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»

"Perketat keamanan di sekitar kamar anak perempuan saya." perintah telak Derion dengan raut datarnya.

"Potong juga dahan kayu yang menyambung ke balkon anak saya, kalau perlu tebang pohon itu." lanjut Derion.

"Tapi tuan, pohon itu adalah pohon kesayangan nyonya." sahut George, kepala pelayan yang sudah bekerja sebelum Derion dan Dersley menikah.

Derion menghela nafas lalu memejamkan matanya.

"Potong dahannya saja." ucap Derion lalu berlalu pergi.

George membungkuk saat Derion pergi.

"Ganti juga semua kaca di rumah ini dengan kaca anti peluru." ucap Derion lagi tanpa berbalik.

"Laksanakan tuan." ucap George dengan posisi masih setengah membungkuk.

**

Derion menatap ketiga anak lelakinya dalam diam, lalu beralih menatap pintu kamar anak perempuannya yang semenjak tadi pagi belum keluar-keluar.

"Aku khawatir sama adek pa." cicit Ananta menunduk.

Derion menoleh kearah anak ketiganya, ia tersenyum simpul.

"Kita gak bisa berbuat apa-apa ta, yang bisa membujuk adikmu juga hanya mama." ucap Derion lalu tersenyum kecut.

Marvin yang sedari tadi diam pun kini memilih angkat suara.

"Mama... Aku kangen mama." gumam Marvin yang membuat dada Derion sesak. Zian dan Ananta kompak mengangguk.

"Nanta juga."

"Zian juga."

Derion tersenyum.

"Mama kalian pasti pulang, dia khawatir dengan keadaan adik kalian." ucap Derion dan pastinya dia... Berbohong.

Ketiga anak lelaki Derion itu kompak tersenyum lebar, mereka senang jika mama mereka pulang, dan mereka berharap jika mama mereka pulang, Derion... Tidak pergi.

"Tuan, semua kaca sudah kita ganti, kecuali kaca milik nona Anatha." lapor George membuat Derion menghela nafas saat menyadari jika Anatha tidak bisa berdekatan dengan laki-laki, kecuali lelaki brengsek itu tentunya. Tadi saja ia hanya akan mengantar makanan dan akan menyentuh pipi anaknya, sebuah peluru melesat tanpa suara kearahnya, untung saja ia mempunyai reflek yang sangat bagus, alhasil peluru itu tidak mengenainya.

"Hm, sebentar." gumam Derion lalu menatap Ananta yang ternyata sedang menatapnya juga.

"Telpon Rena, suruh kesini." titah Derion yang langsung dilaksanakan oleh Ananta.

"Rena aja pa? Gak sekalian sama sahabatnya yang lain?" tanya Ananta sebelum memencet tombol telpon.

Derion berpikir sejenak.

"Hm. Rena aja."

Ananta mengangguk kemudian langsung memencet tombol telepon dan berbicara dengan Rena saat sambungan telponnya tersambung.

"Rena otw pah." Derion merespon dengan deheman.

"Kalau begitu, papa ke kamar dulu, jika Rena sudah datang, minta tolong untuk menemani Anatha makan dan selama proses pemasangan kaca, suruh mereka berdua untuk ke gazebo taman belakang."

ANATHA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang