vote!
***
"lo mau jadi pacar gue?"
Shella menunjukkan wajah bingungnya. Ia sudah yakin tentang perasaannya kepada Davian tapi ia tidak yakin Davian akan menerima kondisinya. Anak tanpa ayah dan memiliki ibu yang ada gangguan jiwa.
Sejujurnya ini berat, Bagaimana kedepannya ia masih sangat merasa bimbang.
"Shel?" Suara Davian membuat lamunannya buyar, Shella berkedip beberapa kali.
"gue, gak bisa jawab sekarang, kak. maaf" ucap Shella sedikit kikuk.
"It's okay, gue akan nunggu lo. Tapi jangan lama-lama ya, gue gak sabaran soalnya" Tawa Davian renyah sekali.
Shella hanya tertawa tipis sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
***
Suasana Rumah Rehabilitasi sejujurnya sedikit mengerikan bagi Shella, apalagi dengan terpaksa ia harus mengirim Astrid kesini.
Shella membuka pintu kamar Ibunya dan melangkah setengah ragu.
"Apa kabar, ma? Shella dateng"
Astrid yang sedang duduk di tepi kasur sambil menatap jendela menoleh kearah Shella.
"Halo, sayang. Sini-sini" panggil Astrid sambil menepuk sisi disebelahnya.
"Shella bawa buah buat mama"
Astrid mengambil buah itu sambil tersenyum dan melangkah ke meja untuk mengupas buah tersebut.
"Shella kangen sama mama. Mama gimana disini? Baik-baik aja kan?"
Astrid menoleh sambil melotot ke arah Shella dengan pisau buah di tangannya.
"Baik-baik aja kata kamu?! Kamu kirim saya kesini dan bertanya saya baik-baik saja?! Saya bisa gil disini." Astrid marah dan melempar Vas bunga yang berada di meja.
PRANG
tepat mengenai kepala Shella. Shella meringis. dan mulai melangkah pelan ke arah Astrid untuk mengambil alih pisau tersebut. Khawatir Astrid akan melukai dirinya sendiri
Astrid mulai mengarahkan pisau itu ke arah Shella. "Dasar anak sialan! saya sudah mengurus kamu, dan kamu malah mengirim saya ke penjara ini?! Brengsek kamu!"
Astrid marah dan mengarahkan pisau itu ke arah Shella. Lagi-lagi Astrid melukai Shella, sekarang tepat mengenai lengan atas sebelah kiri Shella. Goresan itu cukup dalam untuk pisau buah yang tumpul.
Darah mulai mengucur. Shella meringis dan mencoba untuk keluar dari Ruangan. Shella berteriak meminta tolong dan berlari di koridor memanggil suster sambil memegang lengan kirinya.
Suster datang, dan membius Astrid yang masih mengamuk. Sayup-sayup suara Astrid mulai tidak terdengar.
Shella terduduk sambil terengah-engah dan memegang lengannya. Ia meringis, matanya mulai berkaca tapi ia menahannya sebisa mungkin.
Sampai seorang Suster datang dan membawanya untuk diobati.
***
Shella meringis saat melihat lukanya dijahit oleh seorang dokter. Walaupun dibius, rasa ngilu itu pasti ada.
"Karena masih baru, jadi sering ganti perbannya ya. Untuk menjaga kebersihan lukanya."
"baik, dok. terima kasih. sekali lagi tolong jaga mama saya ya" Shella melangkah keluar setelah membayar administrasi.
Ia memilih pulang naik taksi.
Sejujurnya ia rindu sekali kepada ibunya, ia ingin memeluknya, tetapi sepertinya ibunya tidak akan pernah menerimanya.
Shella juga ingin izin untuk pergi kemah besok, tetapi apa yang ia dapat? luka di kepala dan luka di lengan kirinya.
Shella menunduk, menahan tangisnya.
'Shella sayang banget sama mama."
***
semoga dapet feelnya ya guys🤠
jangan lupa vote dan comment nya btw
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ANNOYING BAD BOY
Teen FictionHighest Rank!! #2- serubanget [17/04/2019] #3- perusuhkelas [17/04/2019] #3- cowok nyebelin [14/04/2019] #5- davian [17/04/2019] #2- berisik [30/12/2019] Di kejar-kejar cowok ganteng? idaman para gadis SMA bukan? Tapi bagaimana kalau yang ngejar-ng...