EMPAT PULUH EMPAT

17 1 0
                                    

Vote !!

***

Drrt Drtttt

Ponsel yang bergetar membuat Shella mengalihkan aktivitasnya dan mengangkat teleponnya.

"Halo, Kak."

"Sekarang banget? Masih pagi loh ini"

"Oke gue siap-siap dulu, bye"

Shella segera mandi dan memakai pakaian yang rapih. Davian menelepon katanya akan mengajaknya jalan-jalan hari ini, entah apa motifnya. mungkin karena hari minggu.

Suara Klakson berbunyi membuat Shella segera keluar. Shella menaiki mobil Davian dengan sumringah tambah Sumringah lagi saat melihat Icha yang berada di pangkuan Davian.

"Hai, Cantik. Udah siap mau jalan?"

"Udah siap, dong. Btw kok lo bawa Icha?" ucapnya sembari memangku Icha.

"iya, gak papa kan? atau kita pulangin aja?"

"gak papa, kak. Seneng gue malah" Ucap Shella tersenyum.

Mobil akhirnya melaju dan berhenti di pantai.

"Wah, Cha. Abang bawa kita ke pantai. Yeay!" ucap Shella

"Yeay, Makasi abang!" jawab Risya kegirangan.

Mereka turun dan Risya langsung berlari ke hamparan pasir. Shella dan Davian berjalan dengan bergandeng tangan sambil mengawasi gadis kecil itu.

"Gue bersyukur liat Risya yang gak gampang murung. Padahal orang tuanya gagal beri dia kasih sayang." ucap Davian.

"Kan ada abangnya yang selalu sama dia," kekeh Shella mencoba untuk tak membuat suasana menjadi sedih.

Davian mengusap kepala Shella. Suara teriakan memanggil dari icha membuat mereka menoleh.

"Abangg kita bikin istana, yuk." Shella dan Davian menghampiri dan mulai bermain pasir.

"abang bikin istananya kecil juga gak papa, yang penting icha jadi putrinya, abang jadi rajanya, kak shella jadi ratunya." ucapan gadis kecil ini menggelikan membuat dua sejoli itu tertawa.

"yang kecil aja tau kalo kita udah cocok jadi pasangan" Shella tertawa mendengar Davian berkata seperti itu.

Kemudian keduanya menjadi canggung. Hanya ada kata-kata dari Risya.
Mereka bahkan bermain air juga setelahnya. Lalu mereka membeli beberapa jajanan dari penjual disana.

Sampai Tak sadar, Matahari Rasanya sudah ingin pamit duluan. Shella duduk sendiri di tikar sambil melihat Davian yang bermain dengan Icha. Betapa menggemaskannya mereka.

Shella tersenyum. Ia merasa sangat bersyukur dikelilingi oleh orang-orang seperti mereka. Beban hidupnya seakan lebih ringan, harinya menjadi lebih berwarna.

Davian menatapnya dan menghampirinya, "Ngeliatin gue sampe senyum lebar gitu. Gue ganteng ya?"

Shella menarik senyumnya. "Apaan sih, lo, kebiasaan banget"

Davian tertawa renyah, lalu duduk. "Ya kira-kira gini lah gambarannya ya"

"Gambaran apa?"

"Gambaran kalo kita punya anak nanti. Papanya main sama anaknya terus mamanya jagain tas"

Shella tertawa geli dibuatnya, ia menggeleng kepala melihat Davian yang selalu begitu. Tapi ada harapan semoga semuanya benar-benar terjadi. Kehidupan bahagia yang ia impikan.

Tapi bahkan sampai sekarang Davian belum menembaknya lagi sejak insiden saat kemah waktu itu. Shella sejujurnya bingung, mereka tidak ada status tapi saling mengisi kekosongan, selalu ada saat dibutuhkan. Intinya Shella menaruh hati sepenuhnya kepada seorang Davian Malik El Zayn.

"Kak," Davian menoleh.

"Kita bisa kayak gini terus gak ya?"

Davian terdiam tak menjawab. Ia mengusap kepala Shella sambil tersenyum.

"Semoga"

***

Vote!!

MY ANNOYING BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang