EMPAT PULUH TUJUH

46 1 0
                                    

Saat di pastikan semua orang tidur. Pukul 5 Pagi, Davian mengendap-endap bersama Aqil. Mereka keluar dari rumah Shella. Setelah pamit dengan Tante indah tadi malam, Ia juga sudah mengabari semuanya tentang keberangkatannya Hari ini ke Australia.

Ya, Davian memilih melanjutkan Studi nya disana demi perusahaan ayahnya. Sejujurnya sedih untuk meninggalkan adik dan gadis kesayangannya.

tetapi apa dayanya. Ia juga terpaksa tidak memberi tahu Shella tentang kepergiannya. Ia khawatir dengan Shella. Jadi mungkin ini yang terbaik untuk gadisnya.

Hal yang dilakukannya semalam adalah demi meluapkan rasa rindunya dan berharap ia tak menyesal pergi kesana tanpa memberi tahu Shella.

Davian pulang ke rumah dan ayahnya yang super sibuk itu hari ini mengantarnya ke bandara. Davian tetap berpamitan pada ibunya. Walaupun ibunya tampak cuek.

Ia juga menghampiri Icha yang masih tertidur dan mengecup keningnya. Pasti dia akan sangat merindukan Davian.

Sekarang, Davian sudah berada di bandara dengan Ayahnya. Ia memaksa teman-temannya agar tak mengantar.

Penerbangan juga masih dua jam lagi sehingga Davian dan ayahnya hanya duduk canggung bersama.

***

"Davian udah berangkat?" Tanya tante Indah kepada Aqil.

"Udah, tante. Tapi penerbangannya masih 2 jam kayaknya" ucap Aqil yang masih di antara teman-temannya yang tidur.

Suara dari tangga membuat mereka menoleh. "Kak Davian kemana? terbang kemana?"

Shella datang dengan raut wajah bingung. Tante indah dan Aqil kaget mendengarnya.

"Terbang? Lucu deh, lo. Masa Davian terbang" Ucap Aqil mecoba mengalihkan topik.

"Ah apaan sih lo, kak." Shella membangunkan Gilbrot.

"Kak! Bangun! Davian kemana?"

"Kenapa sih? Dia ke Aussie" Jawab Gilbrot setengah meracau. Shella terkejut mendengarnya.

"Kak, Please, anterin gue ke bandara, kak." Shella memohon kepada Aqil.

"Ngapain, Shel? Si Gilbrot cuma ngigo" Aqil tetap mengalihkan.

"Terserah. Kalo lo gak mau anter, gue bisa naik taksi sendiri." Shella ke kamarnya dan turun membawa tas.

"Sini gue anter."

***

Shella berlari di Bandara dengan tergesa-gesa. Ia tak berhenti-henti menelepon Davian tapi tak ada jawaban.

Shella putus asa? tentu tidak. Dia harus menemui Davian. Setidaknya ia harus mendengar alasan Davian tidak memberi tahu hal ini.

"Gue harap lo jawab Telpon gue" Doa Shella langsung terjawab.

"Kak! Lo dimana? Gue mau ketemu lo sekarang!"
Hening. Tak ada jawaban.

"Gue di rumah, Shel. Kenapa?"

"Pembohong." Shella mendengar suara wanita bandara dari sebrang yang sama dengan teleponnya.

Shella menghampiri suara tersebut dan melihat punggung Davian.

"Gue di belakang lo."

Davian menoleh, dan mendapati gadisnya yang berwajah penuh ekspresi itu. Entah senang sedih marah kecewa Davian tak tahu.

Davian yang duduk langsung berdiri, Shella menghampirinya. Ia berlari dan langsung menubruk dada Davian. Davian membalas pelukannya tak kalah erat.

"Hei, Gue gak kemana-mana" Davian mengusap kepala Shella.

"Lo tega bohongin gue? Lo gak mikirin perasaan gue?" Shella memukul dada Davian.

Davian hanya tertawa. "Ampun sakit, Shel." Davian menahan tangan Shella.

"Lo ngapain kesana?" Tanya Shella.

"Lanjut studi dong, sayang. Yakali liburan sendirian" Davian menepuk kepala Shella.

"Tapi lo tega banget, Semua orang lo kasih tau kecuali gue, Jahat banget jadi manusia."

Suara deheman bariton khas papa muda terdengar membuat mereka yang masih berpelukan, langsung terlepas canggung.

Shella menyalami Ayah Davian. "emang kamu gak ngasih tau dia, Dav?" tanya Ayah Davian.

"Hah?" Davian bingung karena sedari tadi mereka hanya bicara sedikit sekali itupun singkat.

"Oh iya, Pa. Davian gak mau dia khawatir aja." jawabnya mencoba tidak canggung.

"Harusnya kasih tau dong, kan kasian dia jadi lari-lari ke bandara."

Shella ikut tertawa canggung. Suara wanita bandara yang menyebutkan penerbangan Davian membuat suasana kembali sedih.

"Pa, Davian berangkat dulu ya. Doain Davian." Davian menyalami ayahnya. Kemudian beralih ke Shella.

Mata Shella berkaca-kaca. "ini Hadiah ulang tahun terburuk gue."

Davian mendekapnya.

"Lo bilang lo gak akan ninggalin gue, Tapi kok lo malah pergi?" Lanjut Shella

"Gue gak ninggalin lo, Shel. Gue cuma belajar disana, Kalo udah selesai langsung pulang"

"Kalo lo kecantol bule disana gimana?"

"Ya kalo itu sih beda cerita" Tawa Davian renyah. Shella merengek.

"Plis, Kabarin gue terus. Karena gue pasti kangen sama lo."

"Gak janji, sih. Gue rasa gue bakal sibuk. Lo kan tau sendiri urusan orang ganteng."

Shella menabok bahu Davian membuat Davian terkekeh.

"Udah, sana berangkat. Nanti ketinggalan pesawat." Ucap Ayah Davian.

Davian berjalan menuju boarding pass . Dengan berat hati ia melambai ke arah Shella dan ayahnya. Davian pun mulai hilang dari pandangan.

Gue pasti bakal kangen lo banget, kak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY ANNOYING BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang