EMPAT PULUH

39 6 1
                                    

Shella sudah kembali masuk sekolah, Davian menjemputnya seperti biasa pagi ini.

"pagi tuan puteri." Ucapnya mencoba menghibur.

Shella hanya berdeham dan tak menyahut. Davian membuka pintu mobil untuk Shella.

setelah ia masuk, Mobil pun melaju ditengah suasana macet di hari sibuk ini.

Davian menatap Shella, berharap Shella akan mengomel seperti biasa. "Shella?"

Shella tak menyahut. "Shella?" Kali ini Davian memanggil dengan sebuah usapan di bahu Shella.

Shella teralihkan dari lamunannya dan terkaget. "Ya?"

Davian tahu Shella sedang banyak pikiran. Sejak hari itu dia memang tak banyak bicara. Matanya yang sembab itu seolah menceritakan betapa sedihnya ia saat sendirian dan tak ada orang.

Setiap bertemu orang, air matanya tak pernah jatuh lagi. karena jarang tersenyum, malah membuat semuanya takut melihat Shella begitu. Mereka takut Shella akan depresi.

Matanya seolah mendesakkan airmata namun Shella menahannya selalu, saat malam hari ia baru meluapkan semuanya.

Mobil berhenti di parkiran sekolah, Shella hendak turun. Namun Davian menahan lembut tangan Shella.

"Gue kangen senyum lo, Shel." Ucap Davian sendu.

Shella tersenyum tipis, terlihat dipaksakan. Matanya berkaca-kaca, ia segera membuang wajahnya dan sebutir air mata jatuh. Shella menghapusnya dengan cepat dan turun dari mobil Davian.

***

Bel istirahat tiba, Davian melangkah ke kelas Shella. dan benar. Shella bahkan tak keluar sama sekali dan menelungkupkan wajah di lipatan tangannya.

"Shella" Usapan halus di kepalanya membuat Shella mengangkat kepala.

"Gue bawain nasi goreng nih buat lo. Makan ya?" Davian menyodorkan sekotak makanan.

Shella hanya berdeham dan memakannya. Davian tersenyum dan tetap duduk di bangku depan Shella. ia menopang dagu sambil melihat shella makan.

Setelah beberapa suap Shella menutup kotak makannya dan menyimpannya dilaci.

"Loh kok gak diabisin?" ucap Davian.

"Thanks, kak." Shella melangkah keluar kelas dan menuju Toilet.

Davian mengikuti dari belakang. dan menunggu di depan toilet. Samar-samar ia mendengar suara cewek di kamar mandi. mungkin memang ramai pikirnya.

Tapi semakin lama semakin jelas bahwa itu suara..

Sedangkan di dalam toilet, Shella keluar dari bilik dan mencuci tangan.

"Oohh ini yang caper sama Davian? Pake sok sedih nyokapnya meninggal. Padahal kan dia yang bikin nyokapnya meninggal."

Shella menoleh ke sumber suara dan menatap gadis bermulut lemes itu.

"Dia kirim nyokap nya ke rumah rehabilitasi terus bikin nyokapnya tertekan. dan bikin nyokapnya akhirnya bunuh diri." ucap Kiara sambil tertawa meremehkan.

"Orang kayak gitu pantes disebut sebagai anak gak ya? ups"

Shella hanya menatap datar mencoba tak terpancing.

"udahlah lo gak usah sok sedih dan cari muka di depan Davian. Lo kira lo siapa bisa dapet perhatian dia?"

Shella tetap diam. "Lo yang siapa?"

keduanya menoleh ke arah pintu dan melihat Davian yang masuk dan mendekat ke arah Kiara. Shella malas berdebat atau apapun itu memilih keluar dari toilet.

"Lo tau gue bisa kasar sama cewek kan?" ucap Davian memegang dagu Kiara dan menghempaskannya.

"lo gak usah merasa lebih superior. karena dimata gue lo gak lebih dari sampah." Davian berjalan menjauh.

Ia kembali menoleh ke belakang. "dan jangan kira gue bisa lepasin lo gitu aja kalo lo berani usik hidup gue dan dia." ucapnya dingin dan menusuk.

Lalu Davian berjalan keluar toilet.  Sedangkan Kiara jatuh terduduk dan menangis tersedu-sedu. Kalimat Davian terngiang di telinganya.

"Kenapa susah banget buat dapetin hati lo, Dav?! gue sayang sama lo!!"

****
vote!

MY ANNOYING BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang