"Sungguh? Aku sedang tidak bermimpi bukan?" Mata bulat besar Taeyong melotot tidak percaya hampir melompat dengan apa yang baru saja ia dengar dari pria yang hanya tersenyum geli melihat reaksi berlebihan darinya itu. Taeyong dengan rasa bahagia yang membara langsung memeluk pria itu erat. "Terima kasih Johnny Oppa. Ah... aku ingin menangis saja rasanya." Ten yang berada tepat di samping kiri Johnny berdeham berusaha menyadarkan kegiatan dua manusia yang seperti tidak menghiraukan keberadaan dan posisinya sebagai kekasih resmi si pria.
"Besok kau sudah mulai bekerja, Tae. Lakukanlah yang terbaik," ucap Johnny. Buru-buru ia melepas pelukan Taeyong. Johnny benar-benar takut setelah mendengar kekasihnya yang telah berdeham tidak suka. Pikirnya, Ten pasti cemburu karena ini kali pertama ia dipeluk oleh wanita lain selain Ten dan mamanya sendiri. Benar saja, saat ia menatap Ten yang duduk di sebelahnya ia seperti dihujami oleh ribuan anak panah dari tatapan tajam kekasih cantiknya itu. Tampak Ten sedang melotot dengan tangan yang menyilang di dada, menahan amarah yang pasti akan ia keluarkan saat mereka sudah sampai di rumah nanti.
"Baik Oppa, aku akan melakukan yang terbaik dari semua kemampuanku. Percayalah padaku." Taeyong mengepal tangannya kuat dan mengangkatnya tinggi di udara. Menyipitkan kedua netranya seakan sedang menyusun beberapa rencana besar dalam pikirannya. Taeyong memang sudah lama mendambakan untuk dapat bekerja di perusahaan yang sama di tempat Johnny bekerja dan ini sangat luar biasa ia dapat melalui semua persyaratan dan beberapa ujian sebelum memasuki perusahaan tersebut. Murni tanpa bantuan orang dalam.
🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭
Malam harinya Taeyong bercerita panjang lebar dengan keluarganya di ujung telepon mengenai pekerjaan pertamanya mulai besok. Dia memang tinggal sendirian di Korea. Orang tuanya tinggal dan bekerja di Swiss sejak Taeyong lulus dari bangku sekolah menengah atas, empat tahyn yang lalu. Taeyong sendiri yang meminta untuk berkuliah dan tetap tinggal di Seoul, tidak tahu kenapa dia benar-benar ingin menghabiskan hari-harinya di tanah kelahiran ia dan kedua orang tuanya itu. Taeyong hanya berkunjung sekali-kali ke Swiss, ibunyalah yang lebih sering datang menemuinya ke Korea untuk memastikan anak gadis semata wayangnya itu dalam keadaan baik-baik saja.
Kini Taeyong bersiap untuk tidur. Besok adalah hari yang sangat ia nantikan. Memulai pekerjaannya setelah lulus dari bangku perkuliahan. Dia benar-benar sangat bersemangat sampai berharap malam yang gelap ini agar cepat berlalu menjadi pagi hari yang sangat cerah. Dia sudah menerka-nerka bagaimana suasana kantor dan bagaimana ia akan memulai interaksi dengan rekan sekerjanya besok. Taeyong benar-benar tidak sabar, sesekali ia melirik satu setel pakaian kerja bewarna hitam putih yang ia gantungkan dengan rapi di sudut kamarnya dengan senyum yang ia kulum.
"Aku benar-benar sudah tidak sabar untuk bekerja besok. Sabar ya Tae, akhirnya kau tidak terlalu lama menganggur setelah lulus kuliah. Puk... puk...." Taeyong berdialog dengan suara dibuat imut pada dirinya sendiri seraya menepuk-nepuk pelan puncak kepalanya seakan sedang menenangkan seorang anak kecil. Tingkah Taeyong benar-benar lucu dan menggelikan. "Baiklah aku akan tidur dan bermimpi indah dengan caraku. Hihihi...," kikiknya pelan dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya sejak sore tadi saat ia mengetahui bahwa ia diterima untuk bekerja di perusahaan yang selalu diimpikannya dari dulu.
🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭
--- Di taman sekitar apartemen Taeyong ---
Taeyong berjalan santai dengan rambut yang ia ikat asal di puncak kepalanya, sesekali ia melirik dan tersenyum pada anak-anak yang sedang berlarian. "Hahaha... menggemaskan sekali bocah-bocah ini." Dia melihat ke arah anak-anak itu berasa ingin mencubit pipi gempal mereka yang terguncang-guncang karena sedang berlarian.
Di ujung taman terdapat sebuah kursi panjang dan meja untuk tempat bersantai para pengunjung. Ia berjalan menuju arah kursi tersebut. Sesampainya di sana, ia melihat sesosok pria tinggi besar memakai topi hitam dan masker yang menutupi bagian dagu sampai batang hidungnya. Kemeja dan celana panjang yang serba hitam. Sangat maskulin, pikirnya. Walau memakai masker, dapat Taeyong pastikan bahwa si pria ini pasti sangat menarik dan tampan.
Kemudian gadis cantik itu mendekati si pria yang tampaknya sedang tertidur sangat pulas sehingga ia tidak menyadari kehadiran Taeyong yang berdiri sangat dekat di hadapannya. Dari jarak yang sangat dekat Taeyong dapat melihat bulu mata pria itu tersusun rapi dan panjang. Bulu mata yang sangat indah. Kulitnya tampak putih bersih terlihat dari kulit kening dan punggung tangannya yang tidak ikut tertutup kain.
Setelah puas mengamati bulu mata lentik dan kulit wajah pria itu, Taeyong melirik lagi ke arah lain. Mata bulat besar Taeyong berbinar saat menangkap sesuatu yang sangat menarik perhatiannya. Benda lembut seperti gumpalan kapas bewarna merah muda dengan ukiran dua mata dan sebuah hidung lucu berada di tangan kiri si pria. Permen Kapas itu masih terbungkus utuh belum tersentuh di genggaman si pria. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang dan berakhir dengan tertidur sendiri karena terlalu lelah menunggu.
"Aku pikir para pria tidak akan suka memakan cemilan manis, seperti permen kapas ini. Hihihi... ternyata paman ini suka juga," kikik Taeyong pelan lalu menutup mulutnya sendiri. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya seakan menyetujui rencana dari hati kecilnya yang akan segera ia lakukan. Ia mengetuk-ngetuk dagunya melawan ragu namun tanpa aba-aba dengan cepat ia meraih tangkai permen kapas itu dari dari genggaman si pria dan berlari secepat kilat tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. Taeyong benar-benar sudah tidak tahan untuk menikmati dan mengunyah permen kapas merah muda itu. Dia mengambil keuntungan dari seorang pria yang sedang tertidur pulas. Ya, Taeyong mencuri dari orang asing.
🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭
Hari pertama Taeyong bekerja, ia disambut ramah oleh staf lain. Tak kalah ramah, Taeyong membungkuk sembilan puluh derajat untuk menyapa dan memperkenalkan dirinya ke pada beberapa orang di ruangan tersebut. Mereka bertiga akan menjadi teman kerja Taeyong mulai dari sekarang.
Selesai acara saling memperkenalkan diri, kini ia duduk di depan sebuah komputer. Di dalam ruangan itu terdapat empat set meja komputer dengan posisi berhadapan. Di sana ada Sungchan yang duduk bersebelahan dengan Mark. Doyoung duduk berhadapan dengan Sungchan dan Taeyong sendiri berada di sebelah Doyoung tepatnya ia berhadapan dengan Mark.
Taeyong mengutak-atik komputer dan beberapa berkas tertumpuk di hadapannya, ia sedang memahami gambaran tugas yang harus ia kerjakan mulai detik ini. Dia sudah bertekad akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengecewakan perusahaan yang sudah menerimanya untuk bekerja di sana.
Seorang staf wanita yang tampak lebih dewasa dari Taeyong tampak mengajarinya beberapa hal dengan ramah dan sesekali tersenyum menampilkan gigi kelincinya. Taeyong memperhatikan dengan seksama apa yang seniornya itu sampaikan dan mengingatnya baik.
🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje Bossy Boss
FanfictionSesekali ia mencuri pandang. Ada kalanya tatapannya tertangkap oleh Taeyong, bukannya malu atau sungkan. Taeyong justru menatapnya balik seperti akan melawan. Bawahan yang sangat nekat. Jaehyun mendekat dan meraih kotak pink itu "Kue tidak berguna"...