Malam hari pukul sebelas malam di kediaman keluarga Jung. Pria jangkung itu mendudukkan dirinya di sofa dan bersandar dengan santai di sana. Sorot matanya berbinar penuh cahaya kegembiraan. Tampak rasa kagum yang tak dapat ia tutupi sama sekali. Senyum merekah yang ia tampilkan menunjukkan rasa yang sangat mendalam. Pikirannya melayang entah apa yang membuatnya begitu antusias dan merasa hangat.
Sesekali wajahnya tampak menegang karena rasa haru menyaksikan apa yang ada di genggamannya saat ini. Ia sedang melihat sesuatu pada benda persegi panjang dengan dimensi yang sangat tipis berwarna hitam itu. Rekaman video yang menunjukkan interaksi antara mama dengan staf yang sangat ia tidak sukai karena menyebabkan kerugian lumayan besar pada perusahaannya baru-baru ini. Siapa lagi kalau bukan yang namanya Lee Taeyong. Gadis polos si pembuat ulah, menurut Jaehyun.
"Apa yang membuatmu tersenyum dengan mata berbinar seperti itu, Je?" Tanya mama Jaehyun yang turut mendudukkan diri di sofa sebelah anak lelakinya itu. Ia menyelidik dengan sedikit mencondongkan kepalanya pada telepon genggam sang anak.
Dengan segera Jaehyun langsung menekan mematikan layar teleponnya, menaruh benda itu di atas meja. "Ah... hanya pekerjaan, Ma. Mama kenapa belum tidur?" Ia berusaha menetralkan ekspresi wajah sumringah menjadi senyum ala kadarnya saja. Dia tidak ingin tertangkap basah oleh wanita itu.
"Mama mau memastikanmu tidur duluan, Nak. Kau selalu saja tidur larut malam karena pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan. Kalau kau jatuh sakit siapa yang akan merawat hari tuaku ini?" Ledek sang mama sedikit cemberut.
Jaehyun mengalah, merangkul tubuh kecil wanita yang melahirkannya itu dalam pelukan. "Iya... iya, baiklah aku akan langsung tidur Nyonya. Good night, Ma." Ia melepas pelukan itu dengan lembut.
"Good night, anak mama." Wanita itu berdiri dan mengecup kening pria nomor dua yang sangat ia cintai itu. Kini mereka hanya tinggal berdua, sang papa sudah lama pergi meninggalkan mereka karena kecelakaan maut tiga tahun yang lalu saat akan berangkat bekerja.
🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭
Jaehyun berjalan memasuki kamar bernuansa serba hitam miliknya lalu berganti pakaian menggunakan piama kotak-kotak berwana hitam putih. Itu adalah piama kesayangannya, karena sang papa juga memiliki piama yang sama persis dengan dia. Ia membaringkan tubuh lelahnya di ranjang. Memijat keningnya pelan. Dia memang sudah sedikit mengantuk.
Tiba-tiba telepon genggamnya bergetar ada pesan yang masuk. Pesan dari sang mama.
Mama B
'Mama tahu sesuatu, Jung. Hihihi....''Tahu apa, Ma?
Jangan terkikik seperti itu,
Mama membuatku merinding saja.'Mama B
'Mama tahu,
tadi kau sedang melihat rekaman video mama dan stafmu Taeyong, kan?
Gadis yang mengantarkan cluth bag hitam jelekmu itu.''Sepertinya Mama salah lihat.'
Mama B
'Perut mama yang sakit, Jung.
Bukan mata mama kalau kau lupa.''Ma. Jeje akan segera tidur.
Gute nacht.'Mama B
'Baru kali ini mama melihatmu tersenyum lebar setelah sekian lama.
Mama sudah lama menantikan senyummu kembali seperti dahulu.
Sepertinya dia gadis yang baik, Je.
Besok ajaklah ia ke rumah.
Ajak dia makan malam di sini.''Apa yang mama bicarakan?
Tidurlah aku sudah mengantuk'Mama B
'Jeje anak mama tersayang,
mama tidak mau tahu ajak dia ke rumah.
Mama suka gadis itu.
Aura yang ia tampilkan hampir sama tulusnya seperti Wendy.
Ingat Jaehyun, mama akan senang melihatmu menikah.
Apalagi kalau kau dapat memberi mama cucu dengan segera.
Mungkin mama akan berumur panjang.
Walau harus menderita karena kanker ganas ini.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje Bossy Boss
FanfictionSesekali ia mencuri pandang. Ada kalanya tatapannya tertangkap oleh Taeyong, bukannya malu atau sungkan. Taeyong justru menatapnya balik seperti akan melawan. Bawahan yang sangat nekat. Jaehyun mendekat dan meraih kotak pink itu "Kue tidak berguna"...