Beberapa menit kemudian Taeyong tersentak mengingat sesuatu. Ia melepas dekapan Jaehyun lalu berjalan menuju meja dapur.
"Yah.... Sudah cair Je." Taeyong mengangkat cup ice creamnya tadi. Dasar Taeyong, kalau urusan makanan memang hampir menjadi prioritasnya. Hehe...
"Besok kita beli lagi. Jangan terlalu sering makan makanan begini." Jaehyun meraih cup itu dan membuangnya di tong sampah.
"But i love the sweet food, Je" Taeyong menimpali.
"Sekali-sekali tidak apa sayang. Aku gak mau kamu sakit di kemudian hari. Oke?"
"Oke Bos!" Taeyong kali ini menurut dengan cepat.
🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭
Taeyong meremas-remas ujung kaos kebesarannya menunduk dengan matanya melirik kesana kemari di bawah sana "Tt.. Tapi sekarang, aku mau makan sarang madu Je." menatap Jaehyun sayu dan menabrak-nabrakkan pelan ujung jari telunjuk kiri dan kanannya malu.
Lee Shameless Taeyong!!! bisa-bisanya meminta itu.
Jaehyun tersenyum meraih jari-jari Taeyong yang sedang bergerak imut. Ia langsung meraup bibir mungil Taeyong. Kalau boleh jujur dia sudah menahannya sedari tadi sejak Taeyong mengambek tidak jelas karena cemburu. Ekspresi cemburu Taeyong benar-benar membuat Jaehyun gemas ingin menerkam.
Jaehyun menyesapnya kasar. Menekan tengkuk Taeyong agar ciuman mereka lebih dalam. Taeyong terengah-engah melepas pautan mereka. Lalu kembali melahap rakus bibir tebal Jaehyun.
Seakan tidak mau kalah, kini Jaehyun yang mendominasi bermain di rongga mulut Taeyong dan berhasil membuat Taeyong melenguh berkali-kali.
"Enghh.... Jae...Ahh..." Taeyong meracau.
Jaehyun mendudukkan Taeyong di atas meja dapur. Beberapa bungkusan snack Taeyong terjatuh karena pergerakan gusar mereka.
Ciuman mereka semakin menuntut dan membuat tangan Jaehyun yang tanpa permisi langsung meremas pinggul Taeyong.
"Tae..." lirih Jaehyun penuh nafsu. Kedua Telapak tangannya menyusuri kulit punggung Taeyong kemudian ke kulit perut Taeyong. Jaehyun mengelusnya berulang kali dengan lembut seakan memberi rangsangan agar semuanya memuncak antara dia dan Taeyong. Dapat Taeyong rasakan darahnya berdesir cepat. Jantungnya tidak karuan berdetak dengan hebatnya dan nafas tersengal. Bagian selatan Jaehyun pun sudah meronta.
"Bos..." Irene menjatuhkan tas dari tangannya.
Taeyong dan Jaehyun melepas ciuman panas itu sehingga terdengar bunyi perpisahan antara kedua bibir mereka. Menatap arah suara. Sial, di sana sudah ada Irene dengan mulut menganga dan pasangan Johnten yang terkikik menahan tawa.
Taeyong turun dari meja berusaha merapikan kaos dan rambutnya yang tidak karuan. Sementara Jaehyun berusaha tidak begitu panik dan memasang wajah santai. Catat, dia Bos dan harus tetap beribawa walau terang-terangan ia sudah tertangkap basah.
"Maaf bos saya pikir hanya Taeyong di sini. Kami sudah membuat janji. Maaf bos" Irene membungkuk berkali-kali merasa bersalah dan sangat takut. Jaehyun hanya menatap mereka kesal. Masalahnya sudah di ubun-ubun. Rutuk Jaehyun.
Taeyong langsung membawa Irene duduk di ruang tamu. Ia melirik tajam pada Ten yang masih menahan tawanya.
"Kenapa tidak mengabari kalau mau datang?" Tanya Taeyong berapi-api. Ia sungguh sangat malu pada Irene.
"Haha.... Kau aneh Tae. Sejak kapan aku harus mendapat izinmu dulu. Bahkan kata sandi rumahmu aku tahu." Ten mengulum senyumnya. Itu tadi sangat panas dan lucu.
Iya yah. Pikir Taeyong.
"Jangan salahkan Irene, tadi kami bertemu dengan dia di lantai bawah dan mengatakan ingin ke tempat Taeyong karena sudah ada janji" Johnny.
Irene memang meminta Taeyong untuk menemaninya membeli Cincin. Irene menceritakan pada Taeyong bahwa dia akan bertunangan dengan Suho. Ia yakin Taeyong akan bisa memilihkannya Cincin dan Pakaian yang bagus untuk pasangan yang akan bertunangan. Suho menyerahkan semua pilihan pada Irene. Dia akan mengikut dengan pilihan Irene.
"Ah iya aku akan bersiap." Taeyong masih salah tingkah dan melangkah ke kamarnya cepat. Jaehyun masih terdiam memasang wajah datarnya. Semuanya hening sampai Taeyong keluar kamar.
"Bos aku pamit, menemani Mba Irene" Taeyong
"Kalian mau diantar?" Jaehyun
"Tidak usah bos, aku membawa mobil" Irene
"Baiklah kalian hati-hati. Hubungi aku kalau butuh sesuatu." Jaehyun mengelus surai rambut hitam Taeyong.
"Tennie, Johnny oppa. Kalian masih di sini kan? Tolong mengobrollah dengan Jaehyun. Temani dia. Beri dia makan dan semua keperluannya." Permintaan Taeyong sangat banyak. Huft... seperti menitipkan anak kucing pada tetangga saja.
"Yaa.... Yaaa....." Ten menjawabnya malas.
"Papai....." Taeyong mendada.
Setelah Irene dan Taeyong pergi, Ten beranjak merapikan bingkisan yang ia bawa tadi untuk disuguhkan pada sang kekasih dan Jaehyun.
Johnny membuka dompetnya. Mengambil sebuah kertas tebal ukuran kecil.
"Ini...."
Jaehyun meraih kertas itu dan melihatnya sekilas kemudian menatap tajam pada Johnny. Tatapan kesal dan ingin memaki, yang di tatap hanya terkekeh puas. Boomerang.
"It's not about luxury, it's about the sensation, right? Kitchen... hahaha aku belum pernah dan akan mencobanya." bisik Johnny penuh kemenangan.
Sabar ya Jef :')
Sudah di ubun-ubun kena Boomerang pula =D
Save pusaka jeje :vJangan lupa Vote, Comment and Follow ^^
>>> 00.03 WIB, 09-08-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeje Bossy Boss
FanfictionSesekali ia mencuri pandang. Ada kalanya tatapannya tertangkap oleh Taeyong, bukannya malu atau sungkan. Taeyong justru menatapnya balik seperti akan melawan. Bawahan yang sangat nekat. Jaehyun mendekat dan meraih kotak pink itu "Kue tidak berguna"...