Vega dkk sekarang menatap meja kantin yang sudah penuh.
"Ini gimana? Semua meja penuh kalau nunggu yang lain selesai makan nanti kita nggak sempat keburu bunyi bel," ucap Alen dengan cemberut.
Vega juga menatap meja-meja kantin saat dia menatap penghuni kantin sekilas mereka langsung mengalihkan pandangannya sepertinya mereka takut dengan ancamannya kepada Naya tadi.
Vega memegang perutnya yang kini sudah berbunyi karena pagi tadi dia tidak sarapan.
"Di sana aja ditempat bang Liam masih kosong tempatnya," ucap Dila sembari menuding ke arah Liam.
Akira mengangkat alisnya bertanya, "Apa nggak papa kita gabung dengan kakak Lo?"
Dila terkekeh kecil menjawab, "Nggak papa kali, Abang gue baik kok pasti izinin aja."
Kali ini Vega cukup penasaran lalu menatap meja yang diduduki oleh Liam dan temannya.
"Kenapa nggak ada yang duduk di meja Abang Lo?" Tanya Vega dengan menatap Dila.
"Mereka takut sama bang Liam padahal kan bang Liam itu ramah. Mungkin karena kejadian itu dulu," jawab Dila dengan tersenyum pahit.
"Kejadian dulu?" Batin Vega.
Vega menatap Liam yang bercanda dengan temannya sepertinya Liam semakin membuatnya tertarik untuk mengenal dirinya lebih jauh.
"Sudahlah duduk dimana aja, gue belum makan dari pagi," ucap Vega.
Vega memegang perutnya dengan ekspresi wajah seperti orang yang kesakitan. Jika dia ikut lomba sepertinya dia akan memenangkan piala Oscar.
"LO INI! SUDAH TAHU PUNYA PENYAKIT MAAG MASIH AJA TELAT MAKAN!" Bentak Akira yang cukup keras.
Vega melihat penghuni kantin menatap dirinya sepertinya dia tidak akan berakting. Ini hanya malah membuat semakin malu.
Kini Vega juga diseret oleh Alen dengan cepat menuju meja kakak kelasnya itu.
"Bang, Dila sama teman-teman numpang duduk soalnya meja lain sudah kosong dan Vega belum makan dari pagi nanti maag nya kambuh," pinta Dila melirik Vega dengan tersenyum.
Vega menatap sinis Dila sepertinya dia memang sengaja ingin mempermalukan dirinya.
"Sudah... Lo itu seharusnya berterima kasih kepada gue karena sudah bantu Lo pdkt sama Abang gue," bisik Dila dengan cengengesan.
Vega mendengus kesal lalu mendudukkan dirinya sembarangan dan ternyata dirinya malah duduk berseberangan dengan Liam.
"Kamu sakit maag lagi? Apa perlu kakak ambilkan obat maag?" Tanya Liam dengan tersenyum.
"Nggak perlu kak, ini sakitnya nggak seberapa," jawab Vega dengan tersenyum simpul.
"Nggak seberapa gimana?! Ish Lo ini dibilangin bandel banget ya! Lo itu pernah masuk rumah sakit karena apa? Ya karena maag akut Lo ini!" Seru Alen dengan mencubit lengan Vega.
"Sakit Len...," rintih Vega.
"Bener kata Alen! Mana Lo tinggal sendirian di apartemen kalau Lo sakit lalu mati nggak ada yang tahu Vega!!" Seru Akira dengan menjewer telinga Vega.
"Sakit Ra..., Lo berdua tahu kan kedua orang tua gue itu sibuk kerja jadi jarang dirumah daripada gue tinggal sendirian dirumah yang besar lebih baik tinggal di apartemen. Juga gue hanya ingin hidup mandiri tanpa diurus oleh ART dan gue juga ingin berjuang dengan diri sendiri tanpa kekuasaan bonyok gue," jelas Vega dengan tersenyum simpul.
Teman-teman Vega tertegun termasuk Liam juga temannya. Mereka tadi hanya mengkhawatirkan Vega tetapi kenapa jadi seperti dark banget.
"Vega... Maafin gue hanya khawatir sama Lo," sesal Alen dengan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Head PMR [END]
JugendliteraturAlesha Vega Anatasya Pradipta gadis yang polos tentang masalah percintaan. Disaat teman-temannya yang lain selalu asyik dengan pacaran dirinya malah cuek yang dipikirkannya hanyalah nilai, rangking dan karier masa depan. Vega sebenarnya orang yang c...