28. Jurit malam🥀

84 7 0
                                    

Gadis itu mengerutkan keningnya lalu menunjuk dirinya sendiri. Ia meneguk ludah tatkala namanya dipanggil. Ia rasanya ingin berteriak untuk menolak pergi pertama kali.

Ia sedikit takut kalau dirinya kesasar karena sekolahnya sedikit luas dan dirinya selalu berada didalam jelas jadi tidak mengenal lingkungan sekolahnya. Vega dengan ragu-ragu berjalan pergi seperti yang diperintahkan.

Saat pertama kali memasuki koridor kelas X yang dilihatnya hanyalah kegelapan malam tidak ada suara sedikitpun. Vega sekarang merasa ada sesuatu yang menatap dirinya dari arah jendela kelas IPA.

Vega memegang erat botol plastik yang berisi air. Saat ia belok tiba-tiba sosok mengenakan pakaian putih-putih mengejutkannya. Ia tanpa sengaja menyemprotkan air ke wajah orang yang mengagetkannya.

"Aduh dek! Basah ini baju kakak!"

Vega melotot kemudian mengeluarkan tisu dari saku celananya dan menyodorkan kepada kakak kelasnya. Ia tersenyum canggung saat kakak kelas itu menerima tisu pemberiannya.

"Maaf, kak. Saya kaget jadinya refleks siram kakak," ucap Vega dengan tersenyum canggung.

"Iya, nggak papa. Terus aja nanti ketemu pos 1."

Vega mengangguk tidak lupa untuk berterima kasih. Ia berjalan menelusuri koridor dan di muka ruangan UKS terlihat beberapa cahaya yang bersumber dari lilin. Vega berlari kecil menuju sumber cahaya dengan membawa botol airnya.

Saat menghampiri yang dilihatnya hanyalah beberapa lilin yang berdiri. Tiba-tiba beberapa kakak kelas keluar dengan membawa sebuah buku dan pulpen.

"Nama dan kelas?"

Vega mengangkat alisnya menjawab, "Alesha Vega Anatasya Pradipta kelas X IPS 1."

Setelah itu Vega diminta kakak kelasnya mengikuti jalan yang sudah dipasang oleh petunjuk. Vega berjalan dengan tenang walaupun jantung berdebar kencang karena ketakutan. Entah kenapa masuk kedalam malah semakin sedikit membuatnya merinding.

Saat berjalan ia sedikit melihat sosok berpakaian putih dengan rambut panjang dan itu membuatnya semakin takut. Tiba-tiba saja sosok itu menatap dirinya dengan melotot tajam dan mengejar dirinya.

Vega memucat seketika lalu berlarian kecil dengan badan gemetaran. Ia melirik ke belakang sosok itu masih mengejarnya dengan kencang. Saat Vega telah sampai di pos ke dua sosok itu berhenti mengejarnya.

"Anjir! Lo buat anak orang takut. Lihat mukanya pucat banget."

"Hehe! Maaf ya dek kakak cuman jalanin tugas."

Vega hanya mengangguk setidaknya dirinya tidak akan dikejar-kejar lagi. Ia menatap kakak kelas ceweknya yang menyerahkan beberapa alat.

"Lo obati patah tulang tangan tertutup. Waktu berbatas 5 menit dimulai dari sekarang!"

Gadis itu mengambil bidai yang sesuai lalu mengerjakannya dengan cepat sesuai ilmu yang dipelajarinya selama 9 tahun. Ia mengikatnya dengan rapi juga cepat yang menambah poin baik.

"Lo bisa pergi ke pos 3."

Vega mengangguk kemudian melangkah pergi ternyata lagi-lagi kakak kelas itu mengejarnya. Hal itu membuatnya kaget dan refleks ikut berlari hingga sampai ke pos 3.

Gadis itu sangat terperanjat kaget saat sebuah jeritan keras berasal dari ruangan pos 3 yang akan dikerjakannya. Ia sedikit ragu-ragu untuk masuk ke dalam ruangan itu. Saat dia memasuki kelas itu yang pertama kali menyambutnya ialah sebuah tangan memegang kakinya.

"ARGHHHH!" Jerit Vega dengan wajah yang semakin memucat.

"Hahaha! Kamu nggak akan pernah bisa mendapatkan anakku!"

Love You Head PMR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang