24. Nyata nampak fiksi 🥀

70 10 0
                                    

Gadis itu bersama murid lain mulai merapikan meja-meja dengan cepat karena terdesak oleh waktu. Usaha mereka tidak sia-sia sekarang sudah beres dan pelaksanaannya sudah bisa dimulai.

"Perwakilan kelas diharapkan tinggal disini untuk diskusi ini."

Vega melirik teman sekelasnya yang menatapnya dengan tatapan memohon. Ia menghela nafas panjang sepertinya kali ini dia lagi yang akan menjadi perwakilan kelas.

"Dila, Lo temenin gue," pinta Vega dengan tersenyum simpul.

Dila mengangguk semangat sembari menatap Vega dengan berbinar-binar.  Gadis itu segera berjalan mendekati Vega.

"Baru kali ini gue bekerja sama dengan Lo," celetuk Dila dengan cengengesan.

"Lo kira ini kantor," sahut Vega dengan tersenyum manis.

Dila tertegun melihat senyuman manis yang diberikan oleh Vega. Ia sedikit bahagia setidaknya Vega menganggapnya sebagai orang yang berarti baginya.

Mereka berdua berjalan menuju kursi yang berada dipojok. Mereka melakukan itu karena tidak ingin berdebat dengan para guru biarlah para kakak kelas mereka yang melakukannya.

Saat duduk ia melihat Liam dengan Zai yang tertawa terbahak-bahak berduaan. Hal itu membuat Vega merasa sedikit aneh.

"Dila, itu kakak Lo karena putus dari pacarnya jadi belok sama temannya gitu," bisik Vega.

Perkataan Vega sontak membuat Dila tercengang. Lalu tertawa terbahak-bahak hingga membuat guru juga menatap kearah mereka.

"KENAPA KETAWA ADA YANG LUCU?!"

"Hahaha! Enggak, Pak! Tapi saya ketawa mendengar pertanyaan dari Vega bahwa Abang saya sudah belok," seru Dila tertawa kencang dengan memukul-mukul meja.

Hal itu sontak membuat murid-murid lain juga ikut tertawa tertahan dengan menatap kearah Liam dan Zai. Hal itu juga membuat Liam memukuli Zai yang berada disampingnya.

"ADUH! KOK GUE YANG DIPUKUL!" Pekik Zai sembari mengelus-elus lengannya.

Lelaki itu bukannya menjawab malah menjauh dari Zai. Ia menatap lurus kearah guru acuh tak acuh dengan perkataan orang lain yang hanya membuatnya malu saja.

"Dila, emang bikin malu! Lihat aja nanti gue buat jadi perkedel manusia!" Batin Liam.

***

Semua murid yang berada di aula memperhatikan apa yang dijelaskan oleh sang guru juga termasuk peraturan dan fasilitas yang akan disediakan.

"Jadi saat kalian tidak boleh membawa handphone kami akan menyediakan 15 buah iPad tiap kelas dan itu hanya dapat digunakan ketika pembelajaran saja."

Para murid-murid sontak bersorak ricuh mendengar penuturan terakhir dari sang guru. Pikir para murid kalau cuman segitu mana cukup karena tiap kelas memiliki murid 30 lebih, ditambah hanya 15 iPad akan membuat mereka lambat dalam mengerjakan tugas yang harus menggunakan internet.

"Jadi ada yang ingin kalian sampaikan atau ada pertanyaan. Silahkan untuk para murid!"

"Alasan para guru-guru sekalian untuk mengadakan peraturan ini apa?" Tanya Zai dengan serius.

Dila menatap Zai dengan tatapan berbeda dengan senyum tulusnya, hal itu ditangkap oleh tatapan mata Vega.

"Lo suka sama kak Zai, bukan?" Terka Vega dengan mata menyipit.

Dila terkesiap lalu kembali menjadi ekspresi normal menatap Vega dengan cengengesan. Hal itu juga tidak luput dari pandangan mata Vega.

"Lo nggak bisa sembunyikan itu dari gue," ucap Vega dengan tenang.

Love You Head PMR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang