4. Pertengkaran 🥀

276 11 0
                                    

Sebuah langit-langit kamar dihiasi oleh bintang-bintang yang bertaburan ditengah-tengah kegelapan malam. Vega menatap langit-langit apartemennya dengan tatapan lurus dia sedikit teringat ucapan dari Dila.

"Jujur ... Kepercayaan ... " Gumam Vega.

Vega tertawa pahit saat mengatakan kedua kata itu. Menurutnya tidak ada di dunia ini orang yang baik pasti sudah dipastikan akan ada yang menusuk dibelakang. Bahkan ia juga selalu berhati-hati dengan para sahabatnya, tidak ada salahnya untuk waspada bukan?

"Tidak ada orang yang baik sepenuhnya. SEMUA ORANG ITU BULLSHIT!" Teriak Vega dengan menatap langit-langit kamarnya.

Vega tidak perlu merasa khawatir karena kamarnya merupakan ruangan kedap suara jadi tidak akan mengganggu orang lain.

Tanpa disadari matanya serasa pedas seperti memintanya untuk memejamkan matanya lalu dia tertidur dengan badan meringkuk memeluk guling nya.

***

Sinar matahari menyingsing seiring berjalannya waktu dengan suara alarm yang terus berbunyi disamping tubuh Vega.

Vega bangun dengan perlahan menyesuaikan pencahayaan sepertinya dirinya kelupaan menutup gorden kamarnya.

"Selamat pagi Vega! Hari ini hari pertama mu belajar di SMA yang sepertinya akan biasa saja," gumam Vega dengan menghela nafas.

Vega bangkit dari kursinya seusai itu langsung pergi ke sekolah tanpa sarapan karena ia sedikit kesiangan bangun.

Kini ia sudah berada di taman sekolah sembari menunggu para sahabatnya yang masih dalam perjalanan padahal sebentar lagi akan berbunyi bel sekolah.

"VEGA!!"

Vega tidak menoleh ke belakang karena itu sama saja membuatnya akan malu, itu sudah dipastikan Alen yang berteriak siapa lagi yang sifatnya malu-maluin kalau bukan Alen.

"JANGAN TERIAK MALU-MALUIN!"

"LAH! LO JUGA TERIAK!"

"LO BERDUA BIKIN TELINGA GUE BERDENGUNG ANJIR!

Vega menatap Dila dan Zia yang tersenyum dibalas oleh senyuman simpul darinya.

"Vega, Alen sama Akira kehabisan obat ya? Juga si Baim kayaknya kali ini perlu dibawa ke RSJ," celetuk Dila dengan melirik mereka yang masih berdebat.

Vega hanya mengangkat bahunya sementara Zia hanya tertawa kecil melihat tingkah pacarnya.

"Apa kabar Vega sayang?" Tanya Alen dengan tingkah genitnya memeluk lengan Vega.

Vega menepis tangan Alen kemudian menatap tajam Alen menyeru, "Jangan pegang! Homo Lo!"

Alen mengerucut mulutnya dengan Akira yang tertawa tertahan. Bukannya apa-apa tetapi Vega risih jika ada yang menggandeng tangannya apalagi memeluk tubuhnya, orang tuanya saja tidak pernah memeluknya sebab itu dia kurang terbiasa kasih sayang dengan fisik seperti pelukan.

"Ini apa sudah pengumumannya?" Tanya Akira dengan menatap sekelilingnya.

"Belum, tunggu guru menempel dimuka kelas," jawab Vega dengan menatap handphonenya.

"Ih... Lo kok main handphone sih. Ayo simpan handphonenya!" Rengek Alen dengan menggoyang-goyangkan lengan Vega.

Vega menghela nafas panjang kalau Alen sudah merengek seperti ini dirinya tidak tega untuk menolak permintaannya.

"Iya Alen... Ini gue simpan," ucap Vega yang sudah tidak memegang handphonenya lagi.

"Memangnya kenapa kalau Vega main handphone?" Tanya Dila yang sedikit bingung.

Love You Head PMR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang