Mereka menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat. Lalu mereka menuruni tangga dengan bahagia. Namun, gadis itu hanya berjalan dengan muka muram.
"Vega, ada apa?" Tanya Zia dengan tersenyum.
Vega menatap sekilas lalu menggelengkan kepalanya lagipula dirinya hari ini sedikit tidak enak badan. Gadis itu terus-menerus memegang perutnya tidak ada yang menyadari bahwa dia sedang kesakitan.
Vega berjalan menunduk sampai tidak menyadari bahwa ada seseorang yang menyeringai menatapnya. Gadis itu tersenggol badan seseorang hingga dirinya terjatuh duduk dilantai.
Ia menatap ternyata orang itu tidak lain adalah Diva dengan muka mengejek. Ia mendorong kecil tubuh Diva hingga jatuh terbentur mengenai batu.
"VEGA! LO KALAU BENCI KAMI JANGAN DORONG DIVA!" Bentak Akira dengan muka memerah.
Alen membantu Diva untuk berdiri dengan menatap sinis Vega. Diva memegang tangannya yang sudah lecet karena tergores batu.
"Oh, ternyata mau main playing victim," celetuk Vega dengan terkekeh geli.
Para murid mulai berbisik-bisik menatap mereka bergantian sepertinya akan menjadi berita hangat. Gadis itu menatap dingin pada murid penggosip membuat mereka menundukkan kepalanya.
"APA LO BILANG?!" Berang Akira.
Akira melayangkan tangannya ke atas ingin menampar Vega tetapi ditahan oleh gadis itu. Gadis itu menatap Akira dengan meremehkan lalu mendengus kesal.
"Lo lebih percaya sama orang yang baru dikenal daripada sahabat Lo sendiri. Emang pada dasarnya kalian itu kacang lupa kulitnya," ucap Vega dengan menyeringai, "lo lupa siapa yang menanam saham di perusahaan kalian, kalau bukan bantuan bokap gue kalian akan bangkrut saat ini."
Akira menatap sinis Vega lalu mulai melancarkan serangan kepada gadis itu. Ia sontak ikut melawan dari serangan Akira. Gadis itu terus menyerang tanpa menyisakan waktu sedikit pun untuk Akira membalas serangannya.
"Lo kalah, karena seharusnya Lo tahu kalau gue telah berlatih bela diri dari kecil," bisik Vega kepada Akira.
Akira dkk pergi meninggalkan lapangan dengan mendapatkan sorakan dari murid-murid lain. Lalu tanpa disadari ada sesuatu yang mengepalkan tangannya menatap Vega.
Gadis itu menatap para sahabatnya dari kejauhan dengan tatapan sendu tidak ada lagi senyuman simpul dari wajahnya. Vega meninggalkan lapangan dengan raut wajah tidak terkontrol.
"Vega," sapa Liam dengan tersenyum.
Gadis itu tetap berjalan dengan tatapan kosong bahkan disaat orang yang disukainya menyapanya. Ia terus melangkah dengan wajah dingin sampai ke rooftop sekolah, tidak lupa mengunci pintunya agar tidak ada ada yang masuk.
"Kenapa? Apakah aku ada salah kepada mereka? Kenapa mereka meninggalkanku? Bahkan dia juga meninggalkanku," ucap Vega dengan menundukkan wajahnya.
Ia melangkah mendekati semen pembatas rooftop sekolah. Ia melangkah maju menginjak di atas pembatas. Gadis itu menatap langit-langit yang menerangi bumi dikala meratapi kesedihannya.
"Vega!"
Ia terperanjat mendengar suara teriakan dari arah belakangnya. Ia membalikkan tubuhnya tetapi dirinya terpeleset membuat yang lain ikut berteriak histeris. Namun, sebuah tangan memegang pinggang Vega lalu membawa kebawah.
"Hati-hati kalau nggak ada kakak kamu mungkin sudah jatuh," ucap Liam dengan muka datar.
Vega hanya mengangguk kemudian melepaskan dirinya dari Liam. Gadis itu berjalan pergi meninggalkan mereka namun sebuah suara menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Head PMR [END]
Teen FictionAlesha Vega Anatasya Pradipta gadis yang polos tentang masalah percintaan. Disaat teman-temannya yang lain selalu asyik dengan pacaran dirinya malah cuek yang dipikirkannya hanyalah nilai, rangking dan karier masa depan. Vega sebenarnya orang yang c...