"SIAPA ITU?!" Teriak Vega.
Vega melihat kearah semak-semak dengan ketakutan, pikirannya sudah tidak lagi jernih. Vega takutnya itu hewan buas yang kelaparan, ia tidak ingin mati muda.
Vega menghela nafas panjang ternyata hanya ayam kampung. Ia kira tadinya harimau atau sejenisnya.
Ia segera mencoba bangkit tetapi agak susah karena saat ini kakinya sakit sekali. Ia bangkit lagi dengan berjalan perlahan memegang pohon-pohon.
Diperjalanan ia hanya diam tidak berteriak karena membuang-buang tenaga lebih baik untuk mencari tempat tendanya berada. Ia membuka handphonenya namun sia-sia karena sekarang di hutan yang pasti jaringan susah dicari.
Alhasil karena kelelahan dia beristirahat dibawah pohon dengan menutupkan matanya. Ia sedikit kesal kakinya tidak bisa diajak kerja sama dan sialnya dia lupa arah jalan pulang.
"Dicariin tahunya disini."
Vega membuka matanya perlahan dari pantulan sinar matahari ia melihat sosok lelaki yang indah. Ia tersenyum manis seketika melihat lelaki itu yang tidak lain pacarnya sendiri.
"Hehe ... maaf, Yam. Tadi kaki aku terkilir saat berjalan aku juga lupa arah ke tenda," jelas Vega dengan tersenyum canggung.
Liam menghela nafas panjang lalu menurunkan badannya untuk melihat keadaan kaki gadis itu. Ia berdecak kesal ternyata lukanya cukup parah hingga membuat gadis itu merintih kesakitan.
"Lain kali hati-hati, jangan begini lagi," ucap Liam dengan muka datar.
Vega tersenyum melihat wajah dari pacarnya yang terlihat khawatir. Ia sangat senang berarti kalau begitu Liam menyayanginya.
Semilir angin berhembus membuat kalbu menjadi tenang. Bunga-bunga berwarna ungu berjatuhan mengenai wajah mereka hingga menyentuh kalbu.
Vega mengulurkan tangannya menyambut bunga yang menyentuh kalbu ini. Ia tersenyum lebar karena tidak pernah melihat bunga-bunga yang berjatuhan indah seperti ini.
Liam sedikit terpukau melihat Vega yang memainkan bunga-bunga itu. Ia menyambut bunga lalu meletakkannya disela rambut gadis itu.
"Yam, aku mau tanya dan kamu jawab dengan jujur," ucap Vega dengan tersenyum.
Liam mengangkat alisnya berkata, "Iya, aku akan jawab jujur."
"Apa sekarang hati kamu sudah ada aku?" Tanya Vega dengan menundukkan wajahnya.
Liam tertegun ia menatap Vega cukup lama, rasanya ada sedikit keraguan dalam hatinya. Gadis itu tersenyum menatap membuatnya merasa bersalah.
"Aku sekarang merasa nyaman sama kamu, tetapi kalau itu mungkin lebih memakan waktu," jawab Liam dengan menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.
"Nggak papa, kamu nggak salah. Masalah hati nggak dapat secepat itu mungkin waktu yang akan menentukan," ucap Vega dengan tersenyum.
"Maaf," sesal Liam dengan tersenyum.
Vega hanya tersenyum karena ini memang bukan salah Liam, masalah hati tidak semudah membalikkan kertas. Masalah hati juga memerlukan waktu dan mungkin Liam butuh waktu untuk melupakan masa lalunya.
Mereka terdiam karena masalah ini membuat mereka menjadi canggung. Sekarang malah Vega yang merasa salah karena membuat suasana menjadi seperti ini.
"Ayo kita pergi! Dila sama Zia khawatir cariin kamu," ajak Liam.
Lelaki itu membantu Vega berdiri lalu menggendong dengan sekali bawa. Vega tersenyum lebar sembari melihat Liam dari arah sampingnya.
"Aku juga minta maaf karena sudah menyinggung tentang ini," ucap Vega dengan tersenyum simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Head PMR [END]
Novela JuvenilAlesha Vega Anatasya Pradipta gadis yang polos tentang masalah percintaan. Disaat teman-temannya yang lain selalu asyik dengan pacaran dirinya malah cuek yang dipikirkannya hanyalah nilai, rangking dan karier masa depan. Vega sebenarnya orang yang c...