Gadis itu berjalan dengan cepat dengan membawa sebuah laptop ditangannya. Ia sedikit memucat, tatkala tidak bisa tidur dengan tenang karena teror yang selalu menyerangnya.
Lalu ia melangkahkan kakinya menuju ruangan OSIS yang sudah diisi oleh teman-temannya. Ia menghela nafas lega setelah melihat orang yang dikenalnya.
"Vega, Lo ngapain lari-lari kayak di kejar setan aja," seloroh Dila dengan cengengesan.
"Emang dikejar setan alias teror," imbuh Vega dengan ngos-ngosan.
Mereka mengerutkan keningnya ada apa dengan maksud perkataan dari Vega.
"Jadi Vega, apa tujuan kamu suruh kita disini?" Tanya Liam dengan tersenyum.
Gadis itu tidak menjawab melainkan memperlihatkan layar laptopnya yang berisi teror dari segi benda maupun tulisan. Ia juga memperlihatkan bahwa dia pernah meretas peneror itu namun tidak pernah bisa mengaksesnya.
"Jadi Lo selama ini diteror? Vega, maafin kita-kita karena baru mengetahuinya," sesal Zia dengan menundukkan wajahnya.
"Gue akan bantu Lo untuk memecahkan kode-kode keamanan sang peneror ini," tandas Baim dengan tersenyum misterius.
Baim segera mengambil laptop Vega dengan secepat kilat dia membuka kode-kode dengan mengerutkan keningnya. Lelaki itu menyerahkan laptop ke sang pemilik.
"Bagaimana sudah dapat Baim?" Tanya Liam yang sedikit penasaran dengan ekspresi wajah Baim.
"Nggak ketemu," jawab Baim.
Baim bermuka masam saat tidak dapat memecahkan kode-kode yang biasanya sangat mudah baginya untuk mengakses informasi. Lelaki itu tengah bermanja-manja dengan sang pacar disaat mood nya sedang tidak bagus.
Vega memahami pemikiran lelaki itu seharusnya dengan hanya sekali ketikan mereka dapat mengetahui informasi peneror itu kecuali peneror itu menyewa hacker atau peneror itu sendiri hacker nya.
Vega hanya menundukkan kepalanya sepertinya kali ini dia tidak akan mendapatkan petunjuk sedikit pun tentang peneror itu. Ia menutup laptopnya lalu menyandarkan kepalanya didinding sembari menutup matanya.
Sebuah tangan mengelus-elus rambut gadis itu membuatnya sedikit tenang karena cukup lama dirinya diperlakukan seperti ini.
Gadis itu memeluk tubuh orang yang mengelusnya dengan erat dengan mata terpejam, air matanya mengalir begitu saja. Ia merasa nyaman rasanya seperti pelukan keluarganya yang dia rindukan 6 tahun yang lalu.
Setelah cukup lama ia membuka matanya dengan perlahan-lahan masih memeluk erat orang yang membuatnya tenang. Vega terbelalak kaget melihat orang yang dipeluknya tidak lain Liam. Ia segera melepaskan pelukannya dan duduk tidak lupa menghapus air matanya.
"Maafin Vega, apakah pelukan Vega terlalu kencang?" Tanya Vega dengan tersenyum palsu.
Lelaki itu bukannya menjawab malah membawa tubuh Vega ke pelukannya. Mereka yang ada di sana cukup terkejut bahkan ia juga ikut terkejut dengan perlakuan dari Liam.
"Kamu kalau ada masalah bisa curhat dengan kakak, kalau malu kamu bisa cerita kepada Dila dan Zia," ucap Liam sembari mengelus kepala Vega.
Gadis itu terdiam dengan menatap dari wajah samping Liam dengan tersenyum manis. Ia tidak menyangka mendapatkan kasih sayang yang sebesar ini, apa mungkin Liam sudah membuka hati untuknya?
Setelah cukup lama Vega melepaskan pelukan dengan menatap sekilas mata Liam. Ia berjalan menuju cermin dengan menepuk-nepuk pakaian agar membuatnya sedikit rapi juga memperbaiki rambutnya.
"Gue mau otw kelas," celetuk Baim.
Baim memang katanya ingin otw tetapi sekarang masih berleha-leha di sofa bermanja-manja dengan Zia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Head PMR [END]
Ficção AdolescenteAlesha Vega Anatasya Pradipta gadis yang polos tentang masalah percintaan. Disaat teman-temannya yang lain selalu asyik dengan pacaran dirinya malah cuek yang dipikirkannya hanyalah nilai, rangking dan karier masa depan. Vega sebenarnya orang yang c...