34. Mereka berhenti 🥀

76 9 0
                                    

"Wah! Wah! Ada yang latihan basket nih."

Vega menatap kesamping kanan ternyata hanya Baim bersama Zia. Zia melambaikan tangannya lalu mendekat kepada Vega.

Vega tersenyum karena cukup lama tidak berjumpa dengan Zia karena kesibukan masing-masing, ditambah ekskul tari sedang ada lomba sehingga Zia sering ikut latihan dan jarang nimbrung dengan mereka.

"Vega, kabar lo gimana?" Tanya Zia dengan tersenyum manis.

"Baik, seperti yang Lo lihat," jawab Vega dengan tersenyum.

Liam, Baim dan Zai menatap bingung dengan kedua cewek yang didepannya sekarang. Terutama Baim yang bingung bukannya mereka kesini untuk pulang, kenapa jadi bertanya tentang kabar.

"Kalian ini satu sekolah anjir! Bukan pisah sekolah. Nantikan bisa bertemu pas istirahat atau jamkos," celetuk Baim dengan memutar matanya.

Vega hanya mengangkat bahunya lalu kembali memainkan bola. Ia akan terus bermain sampai bisa jika tidak akan mengulang terus-menerus.

"Mata fokuskan ke ring lalu rileks kan tubuh. Buka kaki selebar bahu lalu lutut ditekuk. Setelah itu kamu bisa lempar bolanya," tandas Liam.

Vega mengangguk kemudian mengikuti arahan yang dijelaskan oleh Liam. Ia tersenyum girang saat bola itu masuk kedalam ring.

"Makasih," ucap Vega dengan tersenyum manis.

Liam mengalihkan pandangannya dengan mengangguk pelan. Baim dan Zia tertegun melihat interaksi kedua pasangan itu, terutama kepada Liam yang terlihat salah tingkah.

"Ehm ... Ve, kamu mau nggak habis ini aku ajak kamu bertemu wanita yang aku sayang," pinta Liam dengan tersenyum.

Vega mengangkat alisnya kemudian mengangguk pelan walaupun dalam hati penasaran siapa wanita yang dimaksud oleh Liam. Ia percaya kalau pacarnya itu tidak mungkin melakukan hal yang sejahat itu.

"Beginilah kalau sedang jatuh cinta, punya pacar teman dilupain," ledek Baim dengan tertawa kecil.

Zia memukul pelan lengan Baim karena lelaki itu terlihat menyindir beneran walaupun ia tahu pacarnya sedang bercanda.

"Kamu bercandanya nggak lucu deh, kalau mereka tersinggung gimana," tegur Zia dengan menatap Baim.

Baim tertegun kemudian minta maaf kerena dia memang salah. Ia akan minta maaf jika salah kecuali dia memang merasa benar.

Liam tersenyum kemudian menepuk pelan pundak Baim berkata, "Lo nggak perlu minta maaf."

"Iya, Lo nggak usah minta maaf karena kadang-kadang saking bucin gue lupa sama orang yang disekitar," sahut Vega dengan tersenyum.

Liam mengalihkan pandangannya lalu menarik tangan Vega meninggalkan lapangan. Baim, Zia dan yang lainnya menyoraki kedua pasangan itu.

"Moga-moga mereka selalu begitu," harap Zia dengan tersenyum.

"Orang yang sama-sama punya masalah pengkhianatan. Semoga saja tidak akan menimbulkan kesedihan," harap Baim dengan menatap sang pacar.

***

Liam mengendarai motornya melewati belahan kota yang banyak dilalui para pengendara. Perjalanan panjang tidak membuat keduanya merasa bosan justru bahagia.

Vega menatap bangunan-bangunan kota yang bertingkat juga para penjual warung. Ia juga melihat para pengemis dan anak jalanan yang berusaha mencari uang. Ia bersyukur karena mendapatkan keluarga yang berkecukupan juga baik walaupun sangat jarang bertemu setidaknya nasibnya lebih baik.

Vega menatap heran saat Liam mengendarai dengan pelan dan berhenti tepat di lahan pemakaman. Ia mengikuti Liam yang menuju kuburan yang berbeda tepat di samping tanaman.

Love You Head PMR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang