32. Godaan maut Vega🥀

74 9 0
                                    

Gadis itu sedang menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 5. Ia sedikit gelisah sembari menatap sekolahnya yang lama-kelamaan menjadi angker karena tidak ada murid satupun.

"Ini Liam kemana ya?" Gumam Vega.

Vega bolak-balik berjalan sembari menatap koridor sekolahnya, tetapi tidak ada tanda-tanda kemunculan sang pacar. Ia memasuki area koridor sekolah walaupun agak menyeramkan setidaknya dia harus pulang.

Saat memasuki ia menatap di area lapangan upacara terdapat segerombolan murid-murid dengan kamera yang bertengger dileher mereka. Ia juga melihat Liam juga Tika dan Rafa. Tapi apakah dia salah lihat sepertinya Liam seperti menahan marah.

Ia bersembunyi di pepohonan dia mendengar Rafa yang mengejek pacarnya. Ia mengepalkan tangannya saat Rafa semakin menjadi-jadi.

"Lo nggak punya model bukan kasihan," ledek Rafa dengan tertawa puas.

"Gimana rasanya Tika jadi milik gue? Panas atau cemburu?" Lanjut Rafa dengan senyum mengejek dengan Tika yang berada disampingnya.

Vega keluar dari tempat persembunyiannya dengan tertawa geli. Ia bertepuk tangan dengan bersiul menatap Rafa juga Tika. Ia segera memegang lengan Liam sembari memberikan senyum manisnya.

"Sayang... Kamu dari tadi aku tungguin ternyata disini," ucap Vega dengan tersenyum manis.

Semua orang tertegun mendengar penuturan dari Vega yang dirasa agak lemah lembut sekaligus manis. Para cowok menatap kagum Vega dan berebut untuk menatap gadis itu.

"Maaf, aku tadi lupa ngabarin kamu kalau hari ini ada ekskul dadakan," sesal Liam dengan menundukkan wajahnya.

Vega tersenyum simpul tangannya memegang pipi Liam seolah mengatakan itu tidak apa-apa. Para murid menatap geregetan karena mereka bermesraan dihadapan para jomblo.

"Hei! Hei! Siapa dia?"

"Hei... Jangan bermesraan nanti orang iri."

"Orang atau Lo yang iri?"

"Ya... Itu gue lah!"

Vega melepaskan elusan tangannya dari wajah Liam. Ia sedikit malu karena terbawa perasaan hingga tidak menyadari ada banyak orang.

"Ehem, kamu tadi butuh model bukan. Aku bisa kok jadi model kamu," ucap Vega dengan tersenyum simpul.

Liam mengerutkan keningnya bertanya, "Apa kamu yakin?"

"Yakin kok, apa sih yang enggak buat pacar," goda Vega sembari mengedipkan matanya.

Liam mengalihkan pandangannya dengan wajah yang memerah karena malu. Vega hanya tertawa kecil lalu mengeluarkan pakaiannya yang dia bawa dari rumah entah kenapa dia hanya suka membawa pakaian dress ke sekolahan.

Ia meninggalkan lapangan menuju kelasnya untuk mengganti pakaiannya karena sekarang tidak ada lagi murid-murid jadi dia tidak perlu khawatir. Ia juga tidak lupa memoles bedak juga lip tint berwarna merah agar bibirnya tidak terlihat pucat.

***

Saat ia sudah tiba di lapangan banyak orang yang membicarakannya ada yang memujinya ada juga yang mencibirnya. Ia tidak peduli yang penting love yourself karena yang menjalani kehidupan ini dirinya bukan orang lain.

Ia tersenyum manis saat melihat Liam yang sepertinya terpesona kepada dirinya. Ia segera menepis pikirannya yang terlalu percaya diri alias narsis.

"Hey Baby, What's Wrong?" Tanya Vega dengan tersenyum.

"Ah bukan. Kamu dari kapan bisa menggoda seperti ini? Kamu diajari Dila macam-macam bukan," tukas Liam dengan mengangkat alisnya.

"Bukan Dila, tadi hanya pengen aja," jawab Vega dengan terkekeh kecil.

Love You Head PMR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang