Vega sekarang berada di apartemennya dengan membereskan barang-barangnya karena hari ini dia mau pindah ke rumah untuk tidak dengan orang tuanya.
Tetapi alasan pertama dia pindah ke rumah utama yaitu rumah keluarga Pradipta lumayan dekat daripada apartemennya. Jadi agar tidak telat dia lebih mending tinggal di rumahnya tapi sepertinya orang tuanya sudah merencanakan untuk Vega masuk sekolah dekat rumah karena mereka sudah tahu bagaimana ambisius anaknya dan sekarang mungkin rencana mereka sudah berhasil.
Vega membawa motor kesayangannya walaupun agak susah karena membawa barang-barang yang cukup berat tetapi jangan salah tenaganya sangat kuat.
Disepanjang jalan hanya ada kendaraan juga hiasan lampu dimalam hari cukup indah namun udara malam kurang segar karena negara penuh pengendara termasuk dirinya juga.
Vega melanjutkan perjalanannya hingga sampai di perumahan mewah milik keluarganya.
Tit! Tit!
Seorang satpam berlari lalu menodongkan Tongkat T kearah Vega.
"Sabar pak, ini Vega," ucap Vega dengan tersenyum.
"Oalah! Ini si Eneng? Aduh geulis pisan euy!"
"Pak Mamat bisa aja, Vega masuk dulu ya pak," ucap Vega dengan terkekeh kecil.
Vega masuk lalu memarkir motornya di garasi yang terdapat banyak mobil juga motor. Papahnya memang sangat suka mengoleksi kendaraan padahal cuman dipakai sesekali menurutnya hanya buang-buang uang.
Vega memencet tombol bel sepertinya hari ini akan menjadi kejutan bagi orang tuanya dihari pernikahan mereka yang ke delapan belas tahun.
"Siapa... Vega! Aduh mamah kangen banget sama kamu! Apa kabar? Kamu kok jarang banget datang ke rumah mamah kan jadi kangen."
"SIAPA MAH?!"
"INI VEGA DATANG!"
Vega mendengar suara lari-lari dari arah ruang keluarga sepertinya itu papahnya.
Papahnya datang dengan memegang koran ditangannya seperti biasa hanya pakai celana saja jika dicari orang baru kelabakan mencari baju begitupun dengan mamahnya katanya karena cuaca panas.
"Papah sama mamah kebiasaan banget sih nggak pakai baju jadi orang lama nungguin," cetus Vega memutar matanya.
"Lah kamu ini bilangnya gimana sih? Papah sama mamah mu ini pakai baju loh."
Vega menghela nafas panjang sepertinya di keluarga ini yang hanya normal hanya dirinya, ia sedikit bingung katanya papahnya ini orang berwibawa tetapi wibawa apanya ini seperti wisata yang loncat-loncat ke sini ke mari.
"Iya, Pah. Vega ngalah," ucap Vega dengan cemberut.
"Ya jelas kamu harus ngalah dong sama yang tua."
Vega hanya menatap datar sepertinya ucapan neneknya dulu benar kalau papah sama mamahnya itu pasangan absurd yang tidak diketahui jenisnya.
"Mamah bingung kok kamu itu mukanya datar banget nggak kayak mamah sama papah. Jangan bilang kamu anak om kamu! Ngaku!"
Vega hanya mengelus dadanya saat menghadapi kedua orangtuanya ini sudah tadi disekolah dia terus-menerus emosi sekarang juga sepertinya lama-kelamaan dia akan darah tinggi.
Vega kemudian berjalan barang-barangnya meninggalkan kedua orangtuanya yang sekarang komat-kamit setelah kepergiannya.
Vega menatap kamar berwarna biru tua yang masih bersih juga rapi sepertinya kedua orang tuanya meminta para ART membersihkan kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Head PMR [END]
Подростковая литератураAlesha Vega Anatasya Pradipta gadis yang polos tentang masalah percintaan. Disaat teman-temannya yang lain selalu asyik dengan pacaran dirinya malah cuek yang dipikirkannya hanyalah nilai, rangking dan karier masa depan. Vega sebenarnya orang yang c...