"JAWAB!"
Semua orang terkejut bahkan Adel sampai berpegangan tangan kepada Vega. Vega melirik kesampingkannya orang yang akan menjadi ibu mertuanya, mungkin.
"Kamu! Kamu kenapa teriak?" Tanya Adel dengan mengangkat alisnya.
Orang yang ditunjuk itu adalah Zai yang sedang mengangkat wajahnya seperti orang yang terlihat angkuh. Dila menatap Zai lalu menepuk jidatnya begitu juga Liam yang mengelus-elus dadanya.
"Maaf, Bun. Ini orangnya lagi kambuh karena lupa minum obat," jawab Dila dengan menepuk pundak Zai.
Zai hanya diam sepertinya otaknya masih memproses apa yang dimaksud dari Dila. Ia menatap sekeliling dengan wajah tanpa dosa seolah tidak mengetahui apa yang salah dengan perbuatannya.
"Ini ada apaan elah?!" Seru Zai dengan muka bengong nya.
"Nggak papa, kak. Tadi cuman bincang-bincang aja," jawab Zia dengan tersenyum.
Baim sebenarnya ingin tertawa tetapi tidak elit kalau melihat dari kondisi saat ini. Mungkin saat dirinya tertawa malah nanti kena slepet dari pacarnya.
"ANGKAT TANGAN!"
Mereka semua serentak mengangkat tangan keatas dengan menatap satu sama lain. Vega menatap ayahnya dengan bingung ini tidak seperti yang direncanakan.
"Apa ayah bawa polisi?" Tanya Vega dengan berbisik.
"Nggak, ayah nggak pernah panggil polisi," jawab Fajar dengan mengerutkan keningnya.
"Disini siapa yang bernama Dewi Guna?!"
Vega lantas mengerutkan keningnya bukannya disini tidak ada yang namanya Dewi Guna, apa mungkin itu nama bunda Liam.
Adel yang merasa ditatap oleh beberapa mata kemudian mengerutkan keningnya dengan menggelengkan kepalanya sebagai pertanda bukan.
"Itu nama asli kamu, Del?" Tanya Bagas dengan muka datar.
"Bukan, nama apa itu Dewi Guna dikiranya guna-guna," jawab Adel dengan santainya.
"SAYA TANYA SEKALI LAGI APA DISINI ADA YANG NAMANYA DEWI GUNA?!
Vega sesekali tersentak mendengar teriakannya keras dari orang yang berpakaian seragam polisi itu. Ia menghela nafas panjang sepertinya target mereka itu salah.
"Pak! Bapak kenapa ada disini?"
"Kamu lupa! Kita disini mau nangkap penjahat!"
"Tapi, Pak ... ini ruangan 7 sedangkan target kita ruangan 17."
"Apa?! Kamu yang benar saja!"
Vega mengikuti arah pandang para polisi muda itu ternyata ruangan sekarang benar-benar 7 bukan 17, sepertinya orang ini salah target. Ia juga melihat dari ekspresi wajahnya dengan bola matanya yang bergerak kesana-kemari yang menandakan malu juga ragu-ragu.
"Maaf atas kesalahan saya kepada bapak-bapak, ibu-ibu dan adik-adik semua. Saya tidak menyangka akan terjadi hal yang kurang mengenakkan bagi kalian semua, tetapi kalau boleh tahu kalian melakukan hal apa?"
Vega terlihat terkejut tetapi dapat membenarkan ekspresi wajahnya secepat kilat berbeda dengan yang lain tidak bisa mengontrol ekspresi wajah. Ia sebenarnya tidak takut, tetapi yang membuatnya takut yaitu ekspresi wajah mereka yang mungkin saja membuat kecurigaan.
"Kami sedang melakukan persiapan akting tugas sekolah anak kami, Pak. Kami juga turut membantu sekaligus memantau mereka dalam melakukan tugas," jawab Adel dengan tenang.
Vega tersenyum simpul sepertinya kali ini sifat bunda Liam sangat mirip dengannya. Kali ini sepertinya seterusnya mereka akan bisa diajak kerja sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Head PMR [END]
Teen FictionAlesha Vega Anatasya Pradipta gadis yang polos tentang masalah percintaan. Disaat teman-temannya yang lain selalu asyik dengan pacaran dirinya malah cuek yang dipikirkannya hanyalah nilai, rangking dan karier masa depan. Vega sebenarnya orang yang c...