"APA?!"
Vega sangat terkesiap mendengar teriakan dari mereka kecuali Liam dan Zia yang duduk dengan tenang. Ia bingung kenapa mereka semua sangat terkejut, tidak punya pacar itu tidak memalukan sama sekali padahal. Sekarang kebanyakan memulai hubungan hanya karena main-main dan menyombongkan seberapa banyak mantan pacar.
"Anjir! Beneran Lo?! Berarti kak Liam itu cinta pertama Lo?!" Seru Baim dengan bertepuk tangan takjub.
"Wah ... gue agak nggak percaya. Soalnya Lo itu agak lihai saat menggombal," ungkap Zai dengan berdecak kagum.
Dila dan Zia hanya diam karena mereka sudah mengetahui hal itu dari awal mereka berteman. Apalagi Zia yang nyokap nya itu seorang dokter psikolog yang pasti belajar tentang mengetahui ekspresi wajah orang.
"Iya, beneran. Yam, itu bisa dibilang cinta pertama. Lalu gombal itu gue sering baca novel, ya kalian seharusnya tahulah," jawab Vega dengan tersenyum.
Liam hanya menundukkan kepalanya tidak percaya sekaligus malu karena gadis itu terlalu jujur tentang perasaannya.
"Hoi! Hoi! Ampun nyai pernovelan!" Seru Dila dengan tertawa.
Vega hanya menanggapinya dengan tersenyum memang pada dasarnya dia itu hobi membaca juga mengoleksi novel bahkan hampir penuh satu lemari. Ia suka membaca cerita dari masuk sekolah dasar karena itu membuatnya nyaman dan tenang.
Mereka semua bermain hingga tengah malam. Vega merasa indahnya pertemanan ini.
***
Vega menatap cermin dengan tersenyum lebar karena rasanya sudah cukup lama juga dirinya mengenal teman-teman barunya. Ia merasa kehidupannya yang sekarang lebih bisa mengenal apa itu persahabatan juga cinta.
Kini sudah 1 bulan berlalu semenjak insiden terbongkarnya pengkhianatan Akira dan Alen. Setelah selesai dari camping dia segera meng-upload video perbicangan Akira dan Alen di toilet, licik dia tidak peduli. Menurutnya lebih licik Akira dan Alen yang hanya memanfaatkannya disaat dirinya sudah baik kepada mereka.
Ia mengambil tasnya lalu menuruti tangga menuju ruangan makan. Sudah menjadi rutinitasnya untuk sarapan pagi walaupun orang tuanya masih sibuk kerja.
"Aduh! Aduh! Ini wajahnya cerah banget, Neng. Lagi pikirin pacar ya," celetuk Luna dengan tertawa.
"Menurut mamah gimana?" Tanya Vega dengan tersenyum simpul.
"Gini nih anak remaja kalau sedang jatuh cinta sering senyam-senyum sendiri," cibir Fajar dengan terkekeh kecil.
"Kayak papah sama mamah nggak pernah aja," celetuk Vega dengan memutar matanya.
Fajar dengan Luna terdiam dengan gelagat tidak nyaman. Fajar kemudian berdehem kecil lalu tertawa terbahak-bahak.
"Ya, jelaslah! Asal kamu tahu papah sama mamah itu dulu pasangan paling romantis di SMA," ucap Fajar dengan merangkul Luna.
"Kalian nggak bohong, bukan?" Tanya Vega dengan mengangkat alisnya.
"Ya, enggaklah! Buat apa mamah sama papah bohong buang-buang waktu aja," sanggah Luna dengan tertawa kecil.
Vega hanya mengangguk sebenarnya dia agak ragu setelah melihat gelagat orang tuanya. Ini baru pertama kalinya dia bertanya tentang hubungan kedua orang tuanya, tetapi rada mencurigakan. Namun, ia percaya papah sama mamahnya tidak mungkin membohonginya.
Vega segera duduk di kursi lalu menyantap sarapan paginya yang dibuat oleh mamahnya. Ia kali ini cukup senang kedua orang tuanya juga sedang berada dirumah.
"Vega, bagaimana keadaan kamu disekolah?" Tanya Luna dengan tersenyum.
"Baik, sekarang Vega punya banyak teman dan sahabat baru," jawab Vega tanpa menatap karena sedang asik makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Head PMR [END]
Teen FictionAlesha Vega Anatasya Pradipta gadis yang polos tentang masalah percintaan. Disaat teman-temannya yang lain selalu asyik dengan pacaran dirinya malah cuek yang dipikirkannya hanyalah nilai, rangking dan karier masa depan. Vega sebenarnya orang yang c...