19. Pertunjukan 🥀

93 8 0
                                    

"Vega."

Ia membalikkan badannya kebelakang lalu mengeryikan keningnya ternyata hanya Liam. Setelah beberapa hari ia tidak bertemu dengan Liam, kenapa rasanya lelaki itu semakin bertambah tampan.

Ia terus menatap datar Liam hati dengan wajahnya berbeda. Ia tidak menyadari kalau Liam menertawakannya yang saat ini sedang melamun.

"Hey! Kenapa ngelamun?" Tanya Liam dengan tersenyum.

Vega tersadar lalu berdehem kecil menetralkan jantungnya yang sangat berdetak kencang. Ia menatap Liam dengan tersenyum simpul.

"Oh nggak papa," jawab Vega, "emangnya ada apa ya kak?"

Liam hanya menggeleng kecil menjawab, "Cuman tanya aja."

Vega hanya mengangguk kecil dengan membawa barang yang ditangannya. Lalu mereka kembali diam tidak ada pembicaraan yang terjadi.

"Sini barangnya kakak aja yang bawa," pinta Liam dengan tersenyum.

"Nggak perlu, lagipula kakak juga bawa barang lain," tolak Vega dengan tersenyum simpul.

"Kakak nggak terima penolakan!" Perintah Liam dengan mengambil barang yang berada ditangan Vega.

Vega hanya tersenyum dalam diam menatap belakang punggung Liam. Ia sudah jatuh cinta berkali-kali kepada lelaki itu.

Mereka akhirat sampai ditengah lapangan tidak banyak yang menatap dirinya. Namun, selebihnya banyak orang yang mencibirnya padahal anggota OSIS yang lain saja tidak protes.

"Coba lihat! Itu cewek manja banget anjir."

"Iya! Masa semua barang dia yang bawa."

"Heh! Lo pada kupu-kupu malam! Emangnya kenapa kalau Vega nggak bawa apa-apa? Gue kalau sebagai cowok juga bantu, masa kalau ada orang kesusahan nggak dibantu sih."

"Lo pasti dukung yang glowing bukan! Dasar Playboy!"

"Gue sih nggak masalahin muka yang pasti nggak kayak Lo pada."

Vega tidak mengacuhkan para penggosip karena mereka itu berarti tanda tidak mampu. Ia juga tidak pernah meminta Liam untuk membantu membawa barangnya.

"Nggak usah didengerin ucapan penggosip itu," bisik Liam.

Vega menatap lelaki itu dengan tersenyum simpul lalu mengangguk. Saat mereka menuju panggung yang didapat hanyalah suara ejekan Baim dan Dila.

"Uhuy! Aa Liam emang suka gebet neng Vega," goda Baim dengan mencolek dagu Liam.

Liam hanya menggeleng kecil melihat tingkah Baim yang makin lama semakin aneh. Lelaki itu berjalan lalu meletakkan barang-barangnya di atas panggung.

Vega menatap agak berdecak kagum melihat Baim yang mengangkat tiga barang sekaligus. Ia agak tidak menyangka Baim yang lebih pendek dari Liam bisa membawa barang sebanyak itu.

"Hebat juga Lo, nggak nyangka gue Lo secepat ini bisa bantu," puji Zai dengan menepuk pundak Baim.

"Tentu! Baim gitu Loh!" sahut Baim dengan bersedekap dada.

"Tenaga aja yang kuat tapi luar biasa sombong," sindir Dila.

"Tenaga aja yang kuat tapi masih suka di kelon sama bunda," kelakar Zia dengan tertawa kecil.

"Kok jahat banget Alma," rengek Baim dengan menggoyang-goyangkan tangan Zia.

Mereka sontak tertawa terbahak-bahak melihat Baim yang merengek kepada Zia. Lelaki itu semakin menjadi-jadi saat melihat orang yang menertawainya.

Love You Head PMR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang