41. Perginya Vega🥀

301 12 0
                                    

Vega menuruni motornya lalu meminta satpam untuk membukakan gerbang dengan perlahan. Ia menunggu di atas motornya.

"Kenapa sudah pulang, Non?"

"Tadi Vega mengetahui kalau Bang El sudah sampai Indonesia, jadi Vega izin pulang sekolah," jawab Vega dengan tersenyum manis.

Vega ingin masuk tetapi ditahan oleh pak satpam. Ia mengerutkan keningnya karena dirinya dicegat sendiri saat mau masuk kerumahnya.

"Non tunggu disini dulu, bapak mau beritahu ayah Non."

"Nggak perlu, Pak. Nanti kalau papah marah akan Vega jelasin," jawab Vega dengan tersenyum.

Gadis itu sebenarnya sedikit curiga kenapa pak satpam mencoba menahannya masuk padahal ini juga rumahnya sendiri. Memangnya apa ada yang disembunyikan.

Vega membawa masuk motor dengan berjalan agar tidak ketahuan keluarganya. Ia tersenyum bahagia membayangkan bagaimana reaksi kedua orang tuanya dan Bang El.

Ia masuk dengan perlahan tetapi yang didengarnya hanyalah beberapa suara teriakan yang membuatnya terkejut. Suara itu berasal dari ruang keluarganya, ia mendekat dan bersembunyi di balik dinding.

"FAJAR! KENAPA ANAKMU SELALU MENYALAHKAN AKU?! AKU NGGAK SALAH AKU DISINI JUGA KORBAN!" Teriak Luna dengan napas tersengal-sengal.

"Memang benarkan? Anda itu yang menyebabkan mamah saya meninggal dan saya juga benci dengan kehadiran anda bersama anak anda!" Seru El dengan menatap tajam.

"EL! KAMU SEKARANG SANGAT KETERLALUAN! Kita semua disini itu korban! Jika bukan karena musuh bisnis papah mungkin keadaannya tidak seperti ini!" Bentak Fajar dengan menatap tajam.

"Memang benar bukan itu fakta. Kalau bukan mendengar dia hamil anak diluar nikahnya alias Vega mungkin mamah saya nggak meninggal," ucap El dengan muka datar.

Vega tertegun air matanya mengalir dengan deras, ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Jadi selama ini ia adalah anak yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kesalahan.

Gadis itu saking gemetaran karena terkejut hingga tanpa sengaja menyenggol vas bunga disampingnya. Mereka sontak terkejut menatap kehadiran Vega yang tidak diduga.

"VEGA! TUNGGU DENGERIN PERKATAAN MAMAH!" Teriak Luna dengan berlari menghampiri Vega.

Vega tidak menghiraukan perkataan mamahnya, ia terus-menerus berlari hingga keluar dari rumahnya. Ia berjalan dengan air mata yang mengalir deras.

Para tatapan mata tidak membuatnya berhenti menangis karena saat ini suasana hatinya sangat sedih. Disaat-saat seperti ini ia tidak tahu harus bersandar kepada siapa bahkan keluarganya pun turut membohonginya, jadi siapa yang akan dia percayai?

Ia menyeberangi jalan dia merasa beberapa orang seperti meneriakinya, tetapi ia tidak memperdulikan karena yang dia inginkan saat ini adalah ketenangan.

Tiba-tiba saja sebuah benda kencang menghantamnya dan dadanya sakit seperti ada yang menusuk jantungnya. Ia menangis juga tersenyum bersamaan dengan menatap langit yang berwarna biru.

Semua orang menghampirinya dengan menatapnya tidak ada orang yang membantunya hanyalah suara teriakan histeris.

"Vega sayang kalian," gumam Vega sebelum kesadarannya hilang.

***

Suara tangisan keras mengisi di lorong rumah sakit beberapa orang juga tidak menangis karena saat ini mereka harus menguatkan yang lain.

"VEGA! FAJAR ANAK KITA PASTI BISA SELAMAT BUKAN?!" Raung Luna dengan tangisan derasnya.

Liam menarik-narik rambutnya dengan keras karena disaat Vega membutuhkannya dia tidak ada, rasanya dirinya seperti pacar yang tidak berguna. Ia menahan air matanya karena dia tidak ingin Vega melihat dirinya bersedih.

Tiba-tiba saja sebuah tangan mencengkeram kerah bajunya lalu memukul wajahnya. Ia melihat Baim yang menatapnya dengan tajam.

"Apa yang Lo buat hingga Vega jadi seperti ini, hah?! Bukannya saat itu Vega sedang menghampiri Lo!" Berang Baim dengan muka datar.

Liam terdiam lalu mengingat-ingat saat itu dia berada di UKS lalu Tika datang dengan memeluknya, jangan bilang Vega melihatnya lalu salah paham. Dila juga menatapnya dengan kecewa dan itu membuatnya menjadi sedih, tetapi ia juga lega saat mendapatkan pukulan dari Baim karena ia benar-benar merasa tidak berguna.

"Sudah! Jangan bertengkar disini! Gue percaya Liam nggak brengsek seperti itu pasti ada kesalahpahaman," ucap Zai untuk menengahi mereka.

Liam tidak bisa lagi menahan air matanya setelah mendengar dirinya yang membuat keadaan gadis itu seperti ini. Ia memegang dadanya rasanya saat ini hatinya sangat sakit sekali.

"Vega ... dia melihat Tika yang meluk gue tiba-tiba lalu dia salah paham," jelas Liam dengan mengelap air matanya.

"Padahal hari ini gue mau mengungkapkan perasaan gue yang sebenarnya, kenapa jadi seperti ini?" Lanjut Liam dengan tertawa kecil meratapi nasibnya.

Mereka semua terdiam apalagi Bagas yang baru kali ini melihat anaknya bersedih dulu dia sangat bersedih saat bundanya sudah meninggalkan mereka berdua. Kali ini saat gadis itu sedang ditangani oleh dokter.

"Sudah kamu nggak bersalah ini adalah takdir tuhan," ucap Adel dengan memeluk putranya.

"Ini bukan salah Lo karena dia mendengar rahasia keluarga kami yang seharusnya tidak perlu didengarnya. Gue Rigel Danu Pradipta kakak dari Vega," ucap El dengan tersenyum miris.

Rigel atau yang dipanggil El sebenarnya dulu sangat menyayangi sang adiknya. Namun, semuanya berubah saat kejadian 6 tahun yang lalu dan saat itu umurnya masih 15 tahun.

Diumur nya yang masih dibilang labil ia mendengar rahasia keluarganya yang membuatnya membenci Luna sekaligus kecewa. Ia tinggal diluar negeri takut membuat Vega bersedih karena keadaan mereka tidak bisa seperti dulu. Saat melihat wajah Vega dia selalu teringat nasib mamahnya maka dari itu lebih baik menjauh.

Liam menatap El dengan tersenyum simpul berkata, "Bang El orang yang sering diceritakan oleh Ve. Senang bertemu dengan kakak."

El tertegun kemudian tersenyum miris ternyata adiknya itu masih saja mengingat dirinya. Ia serasa sangat jahat meninggalkannya dengan tanda tanya tanpa berpamitan.

Tiba-tiba datang dua perempuan dengan raut wajah khawatir juga menyesal. Hal itu membuat ekspresi wajah Baim menjadi marah lagi juga Zia yang ikut marah.

"Ngapain Lo kesini?!" Tanya Zia dengan nada tinggi.

"Keberadaan Lo pada nggak diperlukan disini!" Seru Baim dengan muka dingin.

Akira dan Alen menundukkan kepalanya karena disini mereka hanya ingin minta maaf kalau Vega tidak menerima mereka pun tidak apa-apa.

Ceklek

"Gimana keadaan anak saya, Dok?" Tanya Fajar dengan memeluk istrinya.

"Maaf saat ini anak anda dalam kondisi kritis dan di rumah sakit kami tidak memiliki stok jantung. Saat kecelakaan jantung anak anda tertusuk beling kaca membuat jantung anak anda rusak."

"Dokter! Denyut nadi pasien melemah!"

Semua yang mendengar semakin gelisah mereka segera berdoa kepada Tuhan agar Vega diberi keselamatan.

Tit ...

Liam terdiam mendengar suara yang tidak diinginkannya lagi terdengar. Ia kali ini menatap Vega yang alat-alat medisnya dilepaskan.

"NGGAK! NGGAK! INI NGGAK MUNGKIN! VE! KATANYA KAMU INGIN DENGAR ISI HATIKU BUKAN! BANGUN!" Teriak Liam dengan air mata mengucur deras.

"Alesha Vega Anatasya Pradipta pada tanggal 26 Agustus 2021 pukul 11.25 sudah meninggal dunia."

Liam menangis dengan ditahan oleh Baim juga Zai takutnya nanti lelaki itu akan memberontak. Luna sudah pingsan juga El yang mengeluarkan air matanya.

Liam menatap Vega dengan tersenyum manis lalu mengelap air matanya.

Selamat tinggal kasihku, kamu adalah sosok Anindya yang mengisi hariku dengan berwarna.

END

***

Makasih sudah mampir dan baca 😌
Makasih juga yang selalu mendukung cerita ini 😊
Jangan lupa vote dan komen 💖

Love You Head PMR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang