Hari ini hari pertama yang sangat dibenci oleh murid SMA Atalaric karena peraturan yang tidak boleh membawa handphone. Mereka pun tidak tahu pasti kenapa alasan sekolah mereka menerapkan peraturan seperti ini.
Alhasil murid SMA Atalaric pergi dengan tidak bersemangat seolah nyawanya kosong. Vega juga termasuk murid itu karena saat ini tidak ada bahan bacaan yang harus dibacanya.
"Weh! Kita main kartu uno yuk!" Ajak Baim dengan mengangkat kartunya tinggi-tinggi.
"Gue juga bawa ular tangga!" Seru Dila dengan mengangkat mainannya.
Baim dan Dila menatap harap kepada Vega yang memainkan kukunya. Namun, Dila berdecak kesal lalu menarik tangan hingga Vega hampir menyundul meja.
"Lo bawa apa, Vega?" Tanya Dila dengan muka masamnya.
"Bawa otak," jawab Vega dengan watados.
"Kalau itu gue juga bawa! Bukannya Lo udah diminta bawa Uno stacko kayu," geram Baim yang ingin rasanya menjambak rambut Vega.
Gadis itu bukannya menjawab malah mengobrak-abrik isi tas yang membuat Dila dan Baim bingung. Namun, ternyata Vega sedang mencari mainan yang diminta oleh mereka.
"Ini bukan?" Tanya Vega dengan mengangkat alisnya.
"Iya, Vega. Lho gue kira Lo sudah tahu mainannya. Jangan bilang..."
"Gue beli," sela Vega dengan menyodorkan isi mainan itu.
Mereka melotot kemudian menggeleng-gelengkan kepala tidak menyangka akan seperti ini.
"Lo emangnya nggak punya mainan seperti ini di rumah?" Tanya Dila dengan mengangkat alisnya.
"Gue nggak punya," jawab Vega seadanya.
Dila dengan Baim sekali lagi tersentak kaget mendengar penuturan dari Vega. Lalu selama ini Vega melakukan apa pikir mereka.
Akhirnya mereka termasuk teman sekelas bermain mainan yang masing-masing telah dibawa dari rumah. Ada yang membawa kartu uno, Uno stacko, ular tangga, monopoli bahkan lompat tali.
"Wah! Menang!"
"Anjim tambah banyak kartu gue!"
"Mampus Lo! Tambah empat kartu!"
"Ini gimana ya gue bingung?"
"Lah! Kalau nggak tahu caranya kenapa main?"
"Kan kalau nggak bisa itu harus belajar!"
Kehebohan terjadi dikelas X IPS 1 tidak ada yang mengalahkan kericuhan kelas mereka. Mereka sedang jam kosong karena para guru mempersiapkan acara perdebatan masalah membawa handphone ke sekolah.
Ditambah lagi murid-murid kelas ikut nimbrung ke kelas mereka dengan alasan dikelas mereka terlalu sepi. Mereka malah mau-mau saja menerima tetapi kalau ada masalah harus menerima hukuman bareng-bareng, jika tidak akan mereka sebutkan namanya didepan semua orang biar tambah malu.
"Yah! Yah! Roboh deh!" Seru Dila.
Alhasil Dila terkena coretan bedak yang sudah dicampur oleh air keran. Semua yang ikut main juga mencoret wajah Dila hingga hampir terkena menyeluruh wajahnya.
"Muka Lo penuh bedak," ucap Vega dengan tertawa kecil.
"Oalah asu lah!" Sahut Dila dengan mengelap wajahnya.
Saat ditengah-tengah asyiknya main mereka dikejutkan dengan sebuah kabar dari seorang guru killer yang mengejar para murid siswa. Guru itu membawa sebuah penggaris ditangannya sembari memukul-mukul ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Head PMR [END]
Novela JuvenilAlesha Vega Anatasya Pradipta gadis yang polos tentang masalah percintaan. Disaat teman-temannya yang lain selalu asyik dengan pacaran dirinya malah cuek yang dipikirkannya hanyalah nilai, rangking dan karier masa depan. Vega sebenarnya orang yang c...