31. Hari sial🥀

85 10 0
                                    

Gadis itu menatap kertas yang berisi hitungan juga coretan untuk mendapatkan hasil dari soal yang diberikan oleh gurunya. Ia mengeluh menatap jam yang menunjukkan pukul 2 siang, otak juga emosinya terkuras saat melihat soal beranak yang penuh rumus.

"Ini gimana sih? Gue nggak ketemu padahal ini sudah benar," gumam Vega dengan membolak-balikkan kertasnya.

"Ada apa nak? Ada yang salah?"

"Nggak ada, Bu. Tadi saya digigit nyamuk," jawab Vega dengan tenang.

Murid kelas menatap datar kearah Vega karena alasan yang sedikit kurang masuk akal karena sekarang hujan ditambah AC berarti sekarang suhu menjadi dingin sedangkan nyamuk kurang menyukai cuaca dingin. Tiba-tiba saja hujan mengguyur kota dengan deras menghilangkan debu dan polusi udara.

"Oke, kamu cepat kerjakan. Hari ini ibu langsung koreksi dan beritahu nilai kalian, bagi yang berada dibawah KKM akan mengulang minggu depan."

Vega mengerjakan dengan sedikit tergesa-gesa bahkan siswi disampingnya memanggilnya. Ia yang merasa kurang enak memberikan jawabannya. Lalu ia memeriksa kembali jawabannya disaat murid lain mengumpul duluan.

"Waktunya sudah habis! Cepat kumpul!"

Vega menghela nafas panjang menatap kertas ulangannya. Ia melihat nomor terakhir dengan tersenyum lega.

Murid-murid lain menatap kertas jawaban sembari menggerutu. Mereka tidak dapat memastikan kalau jawabannya itu benar.

"Gue pastikan nilai gue donat."

"Gue juga pastikan nilai gue roda."

"Gue juga pastikan nilai gue nol!"

"Jujur banget bro!"

Vega menatap sang guru dengan khawatir saat ini tubuhnya panas dingin sembari menunggu jawabannya. Ia menatap harap sang guru juga berdoa agar nilainya tinggi.

"Ketua kelas bagi."

Vega maju dengan langkah gontai segera dia bagikan kepadanya pemiliknya. Ia tidak lupa membagikan miliknya tetapi dia tutup dengan bukunya.

Setelah itu sang guru pergi karena pembelajaran mereka telah habis. Setelah ini pembelajaran mereka akan digantikan pembelajaran olahraga yang masih diajar oleh pak Yanto karena guru olahraga mereka ternyata pindah ke sekolah lain.

"Vega, ini gimana sih. Tadi kan gue lihat jawaban Lo kenapa gue jadi remed."

Vega mengerutkan keningnya lalu tersenyum canggung karena merasa tidak enak hati kepada siswi itu. Ia kemudian melihat nilai siswi itu yang rendah kurang KKM.

"Heh! Masih untung Lo dikasih jawaban sama Vega! Gue aja yang temannya usaha sendiri. Lah! Lo siapa Vega?" Seru Dila dengan menatap tajam.

"Lo juga enak banget minta jawaban mana semuanya tapi misalnya orang lain tanya malah nggak dijawab," cibir Baim dengan terkekeh geli.

"Lah! Jika mutualisme nggak papa ini Lo mau enaknya aja," ledek Dila dengan menyeringai.

Siswi itu pergi dengan diberikan sorakan ramai dari teman sekelasnya. Siswi itu sebenarnya memang selalu mencontek ditambah sering memaksa jika orang tidak mau mengasih jawabannya. Lalu yang lebih menyebalkan siswi itu suka cari muka dihadapan para guru mana pakai jawaban orang lain. Maka dari itu siswi itu sangat dibenci oleh murid lain.

"Vega, Lo nggak usah dengerin tuh cabe."

"Iya, jika dia ancam Lo nanti kami bantu."

"Orang yang kayak gitu nggak perlu dibantu ataupun dikasihani."

"Iya! Caper anjir tuh cewek!"

Love You Head PMR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang