55. Amnesia

3.3K 438 94
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

Taeyong menghela napas gusar saat sang sahabat, yang notabennya seorang dokter, tiba-tiba membawa seorang gadis ke rumahnya. Parahnya gadis itu mengalami amnesia. Tidak ingat apapun dan sayangnya juga keras kepala. Gadis itu mengaku yakin jika foto pria yang ada di ponselnya adalah sang kekasih. Yang mana foto tersebut adalah Taeyong. Ya entah bagaimana bisa gadis itu memiliki banyak sekali foto Taeyong di ponselnya. Bahkan, pria itu nyaris menganggap jika gadis tersebut adalah penguntit.

"Yuta, aku tidak bisa menampungnya." Ujarnya menggeleng muram.

"Dia tidak ingat siapapun dan tidak punya siapapun." Jelas pria Jepang itu dengan kalimat memelan di akhir. "Dia korban kecelakaan satu bulan yang lalu. Benturan di kepalanya cukup keras yang membuatnya amnesia. Aku sudah menyelidikinya dan dia berasal dari panti asuhan. Sepertinya dia besar di sana sekaligus bekerja." Imbuhnya menjelaskan situasi.

"Lalu kenapa tidak kembalikan dia ke panti asuhan?"

"Panti itu bangkrut dan semua anak sudah dialihkan ke panti lain. Karena gadis itu sudah besar, tidak ada yang mau menampungnya."

Taeyong sedikit mengernyit merasa tidak percaya dengan penjelasan Yuta. Tidak mungkin sisi kemanusiaan seseorang sekejam itu. Pasti mereka masih mau menampung satu orang lagi. "Tidak mungkin-"

"Dia amnesia, itu permasalahan utamanya. Mereka merasa akan kerepotan mengurus seseorang yang tidak ingat apapun." Potong Yuta dengan wajah meyakinkan. "Lagipula dia kekasihmu, kenapa kau tidak mau mengurusnya? Jangan-jangan karena dia amnesia kau justru akan diam-diam berpaling dengan yang lain?" Imbuhnya menyelidik dengan tatapan penuh curiga.

"Berapa lama kau mengenalku? Aku bahkan tidak tertarik menjalin sebuah hubungan!" Sergah Taeyong merasa gemas. Hidupnya terlalu monoton dan fokus pada pekerjaan. Sebuah hubungan rasanya belum bisa berkenalan dengan kehidupannya.

"Siapa tahu kau berhubungan dengan seseorang secara diam-diam di belakangku." Tuding Yuta terkesan masih tidak percaya.

"Yang benar saja?!" Taeyong nyaris mengumpat sembari menatap pria itu tajam.

"Intinya, dia menganggapmu kekasihnya. Kuharap kau bisa membantunya sampai dia sembuh. Kurasa tidak akan lama, mungkin beberapa bulan." Deklarasi Yuta dengan nada tegas. "Lumayan kau bisa memiliki teman tinggal, kau tidak akan kesepian lagi." Imbuhnya diakhiri godaan.

"Sialan kau! Aku tidak kesepian!"

Pria Jepang itu tertawa kecil sebelum menepuk bahu Taeyong sekilas. "Jaga dan perhatikan dia. Kasihan juga dia sudah terlalu lama di rumah sakit tanpa ada yang datang berkunjung atau mengakuinya sebagai keluarga. Kau tahu, seberapa kesepiannya hidup sendiri."

Taeyong tercenung sejenak sebelum melirik gadis yang duduk tenang di sofa miliknya. Jarak mereka memang cukup jauh, tetapi cukup bagi Taeyong untuk melihat raut kebingungan dan kesedihan gadis itu. Ya mungkin dia juga setengah tidak yakin dengan kehidupannya sendiri. Cukup sulit juga untuk percaya pada seseorang yang bahkan sama sekali tidak dikenal atau diingat.

"Baiklah, hanya untuk sementara."

"Sampai dia ingat!" Peringat Yuta dengan kekehan kecil yang dibalas dengkusan kesal oleh Taeyong. "Kalau begitu, aku pamit dulu. Selamat telah mendapat teman baru! Astaga, Bung, aku merasa terharu karena mulai sekarang kau tidak akan kesepian." Imbuhnya dramatis dengan wajah pura-pura terharu.

"Sialan kau! Enyah sana!" Usir Taeyong sembari memukul tangan Yuta dengan keras.

"Oh iya, namanya Kim Jisoo. Ponsel dan dompetnya ada di tas kertas itu. Satu-satunya barang miliknya yang dia bawa."

ONESHOT STORY ::√::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang