26. Dia

5.5K 485 21
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

Taeyong POV

Aku tiba-tiba terbangun malam ini. Kulihat jam di nakas menunjukkan pukul tepat dua belas malam. Baiklah apa hari ini ulang tahunku? Karena kejadian seperti ini sudah terulang untuk ketiga kalinya dalam kurun tiga tahun belakangan. Setelah kuperiksa kalender, ternyata benar hari ini adalah ulang tahunku. Lalu apa? Tidak ada yang spesial. Jadi, lebih baik aku kembali tidur bukan?

Ah benar! Bagaimana jika aku menunggunya? Mungkin saja dia akan muncul seperti tahun-tahun sebelumnya. Ya akan lebih baik jika aku melihatnya muncul. Bukan hanya melihatnya saat terbangun saja di keesokan hari.

Satu jam dua jam, aku masih sanggup menahan kantukku. Tetapi dia belum kunjung muncul. Satu jam berikutnya aku sudah menyerah. Karena yang kurasakan adalah kegelapan yang disebabkan beratnya kelopak mataku.

"Pagi?" Gumamku dengan sedikit kesal saat cahaya terang menyambutku pertama kali. Kupaksakan untuk membuka mataku lebih lebar. Dan benar saja, kulihat sosoknya disudut kamarku. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, dia memberiku senyuman samar sebelum menghilang begitu saja tepat di depan mataku.

Perlahan aku menghela napas. Kejadian seperti ini terulang lagi. Siapa 'dia'? Siapa sosok yang memberiku senyuman di setiap pagi di hari ulang tahunku? Jujur aku bukanlah seorang indigo yang bisa melihat makhluk halus. Lalu kenapa aku bisa melihatnya? Aku sendiri tidak tau. Aku selalu penasaran dan ingin mencari tau, tapi semuanya terkesan sia-sia. Mungkinkah kali ini aku bisa tau siapa 'dia'?

"Mari kita coba. Ini sudah ketiga kalinya. Tidak mungkin aku akan terus diam bukan? Bagaimana jika lama-lama aku akan gila?" Gumamku sembari beranjak berdiri menuju kamar mandi.

🍒🍒🍒

Sejauh pengamatanku, 'dia' akan muncul beberapa kali. Pagi, siang, dan malam harinya. Dan siang ini aku memutuskan untuk makan siang lebih awal. Karena dari pengamatanku juga, sepertinya 'dia' muncul untuk mengingatkanku makan. Karena biasanya aku sering mengabaikan makan siang.

Hampir satu jam aku menunggu di ruang tamu apartemenku. Tetapi 'dia' tidak kunjung muncul juga. Tiba-tiba entah kenapa, perasaanku menyuruhku untuk masuk ke kamar. Dan benar saja, 'dia' ada di sana. Berdiri di samping jendela dengan rambut panjangnya yang tergerai indah. Gaun putih selututnya terlihat sangat pas membungkus tubuh rampingnya.

Sepertinya 'dia' menyadari kehadiranku. Karena perlahan 'dia' menatapku dengan ukiran senyum samar di wajahnya. Aku berusaha tidak berkedip saat ini. Karena aku tidak ingin 'dia' menghilang saat aku kembali membuka mataku. Ya aku tidak ingin kecolongan untuk kesekian kalinya.

Sebelum mataku perih, perlahan aku berjalan mendekatinya. Tidak terlalu dekat, aku berhenti sekitar dua meter di depannya. 'Dia' tidak menghilang. Tetapi senyumnyalah yang menghilang. Entah aku yang salah lihat atau tidak, kedua matanya tampak berkaca-kaca. Dan saat satu tetes terlihat mengalir di pipinya, saat itu juga aku yakin jika 'dia' menangis. Tetapi kenapa? Kenapa 'dia' menangis?

"Kau- sial!!" Umpatku seketika.

Ya 'dia' menghilang tepat saat aku mengedipkan mataku. Sungguh aku tidak sadar melakukannya. Itu hanya refleks mataku yang terasa kering. Lalu sekarang apa? Aku belum sempat bertanya apapun padanya. Sepertinya aku terlalu banyak membuang waktu.

Oh ya masih ada kesempatan lagi nanti malam. Jika tidak, berarti aku harus bersabar menunggu satu tahun lagi. Astaga, memikirkannya saja sudah membuatku frustasi dan nyaris gila!

🍒🍒🍒

Malam ini aku sudah bersiap menunggunya di kamarku. Kali ini persiapanku cukup matang. Aku berlatih selama berjam-jam sejak siang tadi. Dan kuharap tidak ada yang mengacaukan hasil latihanku nanti. Tau aku berlatih apa? Cukup konyol mungkin, tapi itu sungguh kulakukan. Ya aku berlatih membuka mataku dalam kurun waktu yang lama. Tujuannya jelas agar aku tidak kecolongan lagi.

ONESHOT STORY ::√::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang