Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Double up! 🥳 Vote yaaaa Penuhi komentar di setiap paragraph!! 💜
Vote cerita sebelum atau setelah membaca 😘 Penuhi kolom komentar tanpa menghujat! 🔪
CALL ME DEDEW ~NO AUTHOR, PLEASE~
#happyreading#
🌷🌷🌷
Dua bulan berlalu. Hari-hari terus berlanjut sebagaimana mestinya. Richelle pun semakin lengket saja pada Alaric bahkan gadis tujuh belas tahun itu justru semakin agresif setelah mendapatkan penolakan Alaric seolah cinta yang tak berbalas bukan lah apa-apa hingga harus menjadi penghalang untuknya menjauhi Alaric. Tidak. Selama Alaric belum menikah, ia akan terus mengejar prianya.
"Nona, ini baru jam sembilan. Bukan waktunya pulang sekolah." Seorang pria paruh baya yang bertugas di gerbang koridor sekolah membuntuti Richelle yang kini berjalan menuju mobilnya yang terparkir.
"Tentu saja aku tahu. Apa masalahnya dengan mu?" Jawabnya enteng.
"Nona bisa dihukum jika membolos di pagi ini."
"Ooh! Jadi menurutmu aku tidak akan dihukum jika bolos di siang hari?"
"Bukan begitu, Nona. Maksudku—"
"Sssttt! Sekolah ini adalah milik ayahku. Tidak ada seorang guru pun yang berani menghukum ku. Jadi, lebih baik kau diam anggap saja kau tidak melihat ku sekarang ini." Dengan gaya cantiknya ia memasangkan kaca mata hitam. "Permisi."
Pria berambut tipis itu pun hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal menatap kepergian Lamborghini warna merah muda metalik itu melesat pergi.
Detik setelahnya, pria itu bergegas melaporkannya ke ruang kepala sekolah. Sedangkan di jalanan lengang kota New York— Richelle mengemudi dengan kecepatan yang ia main-mainkan. Terkadang cepat nyaris di atas rata-rata lalu kembali melambat. Tidak hanya itu, gadis berwajah cute terkesan polos kerap kali mengendarai cukup ugal-ugalan di setiap kesempatan. Richell sangat menikmatinya.
William. Corp New York City
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
