Chapter 67

7.1K 366 17
                                    

Playlist : Secret Number - Love, Maybe

Sistem Kebut Semalam 😩
Maaf kalo part ini B B aja
Btw, udah 2600 word nih, parah sih kalo masih ada yg komen "sedikit" 🔥😆
.
.
.
-Happy Reading-

🌷🌷🌷

"Pasien mengalami keguguran bukan hanya karena benturan ringan saja, bisa dikatakan benturan tersebut bukan faktor utamanya melainkan nutrisi yang diberikan istri Anda kurang mendukung lebih tepatnya kurang asupan bergizi. Apakah selama masa kehamilan beliau kurang memperhatikan pola makan?"

Alaric mengangguk lemah. Setelah kurang lebih empat jam operasi berlangsung, sang dokter lantas menyuruhnya membicarakan hal sangat penting itu.

"Aku tidak tahu jika istriku hamil. Tidak ada tanda-tanda yang ia alami yang membuat aku berasumsi bahwa ada janin dalam perutnya. Begitu juga dengannya, aku rasa dia tidak menyadarinya."

Dokter itu mengangguk memaklumi dengan wajah bersahaja dan tetap tersenyum sopan. "Memang tidak semua ibu-ibu hamil akan mengalami gejala umum seperti muntah-muntah atau rasa lelah yang berlebihan. Tapi, saya ingin tahu apakah.... Beliau perokok? Pernah minum minuman beralkohol?" Tanya dokter itu hati-hati.

Alaric menekan kedua sudut mata nyaris pada pelipisnya. Ia mendesah kasar dan kecewa adalah luapan emosi yang kini lebih mendominasi.

"Dia bukan perokok aktif, Dok. Tapi saya sempat dengar jika akhir-akhir ini dia memang pernah merokok. Untuk minum pun saya kerap kali melihatnya walau dengan takaran wajar." Alaric menjelaskan.

"Berarti diagnosa kami benar, Tuan. Selain karena janinnya yang lemah ditambah pula dengan sang ibu yang pernah merokok dan minum, itu lah penyebab utamanya. Jika, memang beliau bukan perokok aktif mungkin saja karena sedang mengalami stress dan merokok adalah tempat pelariannya.... Maaf, jika ini sangat terdengar mengecewakan, menurut pemeriksaan kami sebagai dokter, ada kemungkinan istri Anda sulit hamil kembali."

Alaric tergemap di tempat duduknya. Matanya berkilat nanar dengan kabar buruk yang lagi-lagi terdengar dalam satu waktu yang bersamaan.

Sang dokter pun merasa bersalah dan segera mengeluarkan kata-kata yang sekiranya bisa menjadi penenang untuk pria di depannya itu. "ini hanya perkiraan dokter saja. Kami hanya dokter bukan Tuhan, semoga saja Tuhan memberi keajaiban segera untuk istri Anda, bayi adalah anugerah yang Dia titipkan untuk kita. Jadi, berdoa saja semoga Tuhan senantiasa mempercayai kalian untuk menitipkan anak kelak."

Alaric hanya mengangguk lemah. Tidak bisa berkata-kata karena ulu hatinya seakan merintih kesakitan. Dia menjadi lemah, bagaimana jika kabar ini didengar oleh Richelle? Perasaan wanita itu pasti akan lebih sakit darinya.

"Saya permisi, Dok."

Tanpa menunggu respon dokter itu, Alaric mengayunkan kedua kakinya tergesa-gesa dalam pikiran kacau dan nanar.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang