Chapter 57

6.5K 348 13
                                    

Playlist : Brian McKnight - Marry your Daughter

Playlist : Brian McKnight - Marry your Daughter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada Typo ada Typo?
Bantu temukan! 👉👈

🌷🌷🌷

Kota Manhattan diselimuti kabar bahagia karena keluarga tersohor dan paling berpengaruh di negara mereka, yaitu keluarga Edmond-- akan melangsungkan sebuah acara pernikahan. Putri pertama dari pasangan konglomerat itu akan terikat dalam ikatan janji suci bersama seorang putra tunggal yang juga sebagai ahli waris William Corporation.

Media sudah bersiap sejak pagi belum menyapa bumi. Namun perizinan mereka hanya sekedar di luar gedung saja sementara satu-satunya media yang diperbolehkan meliput pernikahan Richelle dengan Alaric Jay hanya dari perusahaan media terbesar di Amerika yang juga pemilik sekaligus CEO nya turut hadir sebagai tamu undangan.

Mereka melangsungkan pernikahan di Maldives tepatnya di salah satu resort yang David beli bukan sekedar disewa. Nantinya resort barunya itu akan ia berikan juga untuk Richelle sebagai hadiah pernikahan.

Mengambil tema outdoor and white, pun semua tamu undangan yang hadir mengenakan setelan serba warna putih termasuk dekorasi sederhana yang begitu simple dan pastinya elegan.

Tidak banyak yang diundang. Hanya kerabat dan kolega dari keluarga mempelai yang itu pun beberapa saja bahkan jumlah tamu undangan jauh dari kata ribuan.

Di satu kamar, Richelle tidak henti-hentinya menetralkan kegugupan. Beberapa kali ia memilih duduk tanpa melemaskan punggung yang terasa kaku. Lalu berdiri di depan stand mirror untuk memperhatikan tampilannya yang sebenarnya tidak ada yang kurang.

Mengambil nafas banyak-banyak lalu menghembuskannya secara perlahan. Terus seperti itu untuk beberapa kali.

Perhatiannya ia alihkan pada benda persegi panjang yang tak kunjung berhenti oleh rentetan notifikasi di semua akun media sosialnya termasuk portal berita.

Tidak sanggup membacanya satu persatu, getar dalam genggaman justru semakin meningkatkan rasa kegugupan. Akhirnya terpaksa ia memutus jaringan internet, tak lupa mengaktifkan mode pesawat untuk sementara dan dibiarkan ponsel itu tergelatak lagi di atas meja dalam keadaan tenang

"Putri Mama semakin cantik dengan gaun ini." Sebuah suara menyeruak dari balik punggung.

Richelle serentak menoleh dengan cepat. "Mama..." Ia berucap haru sedikit serak.

"Kenapa anak Mama menangis di hari bahagia ini, hm?" Ucap Stephanie meletakkan kedua tangannya di bahu sang putri sekaligus mengelusnya lembut di sana. Ia pun sama berkaca-kacanya sekarang.

Tak disangka, putri lima tahunnya yang dulu masih ia antar jemput menggunakan motor matic saat di Indonesia, kini telah beranjak dewasa. Ada rasa tak rela melepaskan Richelle untuk pria yang sebentar lagi menjadi suaminya.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang