Chapter 41

9.6K 453 16
                                    

Playlist : Coldplay feat BTS - My Universe

Playlist : Coldplay feat BTS - My Universe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa basa-basi,
🥂 Happy Reading 🥂

🌷🌷🌷

Ucapan Alaric bukan sekedar bualan. Itu juga sudah seperti perintah bahwa Richelle harus menjalani rawat inap dan besok pagi baru diperbolehkan pulang. Katanya. Bukan kata dokter.

"Kalian tahu aku lah anak dari pemilik rumah sakit ini. Bukan dia!" Tunjuknya dengan jari tengah pada Alaric yang duduk tenang sambil bersilang kaki. "Tapi kenapa kalian menuruti perintah dia bukan permintaan ku?" Todong nya kembali kepada dokter yang didampingi dua orang suster.

Mereka bertiga tidak bisa berkutik dan bingung harus menjawab apa. Karena selain ancaman, Alaric pun telah meyakinkan mereka bahwa ini juga atas perintah David. Entah benar atau tidak tapi mereka percaya saja.

Lagipula, Alaric bukan pria jahat. Mereka tahu bahwa keluarga Edmond dengan William sangatlah dekat.

"Justru karena Anda adalah putri dari Mr. Edmond tentu kami harus memprioritaskan anda sebagai pasien kami." Ujar sang dokter dengan ramah. Diam-diam ia melirik Alaric yang tampak acuh.

Oh tidak, lebih tepatnya sedang memandang wajah Richelle. Bibirnya berkedut menahan senyum seolah tengah melihat sesuatu yang lucu dan itu karena gadisnya yang terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah seperti ini. Dagu yang ditumbuhi janggut halus tertopang dengan kepalan tangan yang menumpu di pahanya.

Dari sini, dokter itu yakin bahwa semua titah Alaric hanya akal-akalan saja agar mereka bisa berdua-duaan di kamar VVIP ini. Oh, romantis sekali.

"Harus bicara dengan bahasa apa agar kalian paham jika aku sudah sembuh! Aku baik-baik saja bahkan tidak ada demam apalagi keluhan lainnya. Aku sudah sehat dan yang ku minta adalah pulang....." Richelle sudah amat frustrasi. Menendang-nendang kaki di atas ranjang bagai seorang remaja.

"Kalian keluar lah." Alaric berbicara. Sepatu mengkilap sedikit runcing di bagian depan itu berdentum dengan lantai marmer ketika langkah demi langkah tercipta mendekati ranjang Richelle yang masih merajuk.

Maka tanpa perintah dua kali, ketiga profesi itu pun pamit keluar dan meninggalkan mereka.

Richelle membuang muka saat menyadari Alaric berdiri tinggi di sampingnya bahkan tidak lama kemudian ia yakin bahwa sekarang Al sudah mendaratkan bokongnya di atas kasur ini.

Bersilang tangan dan tetap dalam pendirian. Tubuhnya menegang samar merasakan kedekatan ini. Alaric mengikis jarak sehingga tidak ada sekat satu inci pun. Melingkarkan kedua tangannya di pinggang yang ramping untuk mendekap Richelle dalam pelukan kerinduan.

"Menyingkir lah! Kenapa kau semakin berani saja. Pergi! Dasar tidak tahu malu." Richelle begitu kewalahan karena tidak bisa melepas dari dekapan itu. Alaric semakin mengeratkan pelukannya bersandar tenang di sisi lehernya.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang