Chapter 48

8.1K 450 10
                                    

Playlist : Winner - Everyday

Pengen cepet-cepet selesai, tapi sulit juga bikin jalan cerita apalagi sampe 2000+ word per-chapter-nya 😆Do'akan saja yaaa supaya otak ini tidak buntu menuangkan ide XD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pengen cepet-cepet selesai, tapi sulit juga bikin jalan cerita apalagi sampe 2000+ word per-chapter-nya 😆
Do'akan saja yaaa supaya otak ini tidak buntu menuangkan ide XD

-;-

Dikarenakan cerita ini tanpa prabayar ALIAS GRATIS!
Ya, tolonglah tinggalkan vote+coment
Jangan pelit jempol, hei 🤧

-HAPPY READING-

🌷🌷🌷

"Jemput aku pagi ini!"

Terdengar nyaring suara wanita di seberang telepon.

"Iya, aku sedang bersiap," jawab Alaric. Ia baru saja selesai mandi dan tubuh polosnya pun hanya mengenakan sehelai handuk yang melingkar di pinggang sampai menutup lututnya.

Dengan pipi dan bahu sebelah kiri mengapit telepon genggam, ia pindahkan ke tangan yang lain lantas kembali melanjutkan ucapannya. "Tunggu sebentar lagi, aku janji tidak akan terlambat, sayang."

"Ck, jangan lupa sarapan ku!"

Tutt...

Bertepatan dengan telepon yang terputus oleh satu pihak, bersamaan juga dengan Alaric yang menepuk jidat sebab lupa pada pesanan Richelle yang semalam.

Sembari mencari nomor telepon, langkahnya tertuju ke sebuah ruang berisi semua pakaian dan barang pribadi lainnya. Walk in closet.

"Hallo, Mom--"

Ia pun segera meminta tolong pada sang ibu untuk menyiapkan sarapan teruntuk calon menantu idamannya.

***

Sebuah ruangan besar dengan jejeran kursi mengelilingi meja panjang nan lebar itu telah ditempati oleh banyak orang-orang penting di William Corp, semua anggota meeting terlihat fokus. Mendengar, menyimak juga sebagian dari mereka mencatat apa yang sedang di presentasikan oleh seorang pria berusia awal empat puluh tahunan.

Semuanya masih berjalan lancar dengan sang pemimpin perusahaan yang tidak pernah lengah untuk menyimak apa yang terpapar juga dijelaskan oleh bawahannya itu. Hingga tiba-tiba getaran ponsel yang Alaric letakkan di atas meja pun mengalihkan perhatiannya tak terkecuali oleh sang sekretaris--Effie.

Untuk tiga kali panggilan sebelumnya, ia abaikan. Baru di panggilan yang keempat Alaric beranjak dari kursinya dan Effie diperintahkan untuk merangkum serta melaporkan hasil meeting siang ini.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang