Chapter 42

9.1K 461 24
                                    

Playlist : Imagine Dragon - Demons

Playlist : Imagine Dragon - Demons

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌷 🌷🌷

Meski telat, Dew tetep pengen ngucapin HAPPY NEW YEAR!!!!

terimakasih juga untuk kalian yang suka dengan kisah Alaric-Richelle.
jangan lupa baca cerita Dedew yang lainnnya juga ya bestie 😘😘

🌷 🌷 🌷

Alaric mengerang karena lagi-lagi Richelle menendang tulang keringnya. Astaga, ini sakit bukan main tapi setidaknya bukan aset berharga di bagian tubuhnya yang menerima tendangan maut Richelle.

Bagian itu masih berdenyut nyeri namun Alaric bisa menahannya. Ia lebih tertarik menatap kepergian mobil Richelle yang perlahan telah menjauh dari pandangan.

Memasuki mobil, Alaric bergegas merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

Tidak sampai sepuluh detik tapi baginya tetap terasa lama-- telepon pun terhubung dan pria yang tengah duduk di halaman rumah menjawab panggilan Alaric.

"Ada apa?"

"Istrimu sudah akan menemui Richelle?"

Oliver memasang satu set kompor mainan yang ingin dimainkan oleh putrinya. Menjepit ponsel diantara telinga dan bahu. "Satu jam yang lalu Violetta sudah bersama teman-temannya. Mungkin sekarang telah tiba di apartemen gadismu."

"Mereka menginap?"

"Tentu. Aku hanya membolehkannya tiga hari pergi setelah itu kami akan kembali ke Rusia."

Alaric mengerang pelan. "Itu lama sekali! Aku bahkan belum sampai 24 jam bersama Richelle."

"Deritamu. Kenapa mengeluh padaku."

Dia berdecak kesal. Alaric yakin, Oliver sedang memutar bola matanya malas.

"Tidak ada yang penting? Aku sedang sibuk sekarang."

"Istrimu sedang berlibur dan kau tetap sibuk oleh pekerjaan?"

"Kesibukan ku bukan hanya pekerjaan saja sekarang. Kau pasti paham."

Dan Alaric baru paham setelah mendengar suara-suara anak kecil di sekitar Oliver. Tanpa pamitan Oliver memutus telepon.

Alaric tidak tahu bahwa temannya itu sedang berpasrah diri ketika dua gadis kecil saling mengangkat tangan bermaksud menyuapi makanan berupa angin kosong.

"Ayo makan, Daddy. Aaaaa..." Sunny meniru sang ibu seraya mengetuk-ngetuk bibir Oliver yang terkatup. Dengan wajah datar, sendok mainan berwarna merah muda pun ia lahap seakan ada sepotong daging diatasnya.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang