Chapter 20

8.7K 392 19
                                    

Playlist : Lisa - Lalisa
Ber-damage banget lagu Teh Lisa 😭

Playlist : Lisa - LalisaBer-damage banget lagu Teh Lisa 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dedew ya!
Jangan author!

|HAPPY READING|

🌷🌷🌷

Richelle yang memang tidak memiliki pengalaman banyak pun tak sengaja menggigit bibir Alaric cukup kerasa hingga membuat pria itu merintih pelan. Saat itu pula Alaric menyudahinya. Ingat, mereka harus makan malam jangan sampai menunda lagi.

"Apa itu sakit? Maaf." Ucap Richelle penuh sesal.

"Sedikit. Ayo, kita makan. Tidak enak jika masakan kita sudah dingin." Alaric mengecup ujung hidungnya seraya mengambil piring itu ke tangannya.

Alaric sudah menyiapkan satu meja bundar dengan dua kursi pada teras di belakang villa itu. Kembali suara air terjun terdengar dari kejauhan ketika pintu dapur dibukanya.

Ditemani semilir angin juga lampu warm white memberi kesan romantis untuk sekedar makan ikan hasil tangkapan mereka.

"Tunggu di sini, aku akan membawa sebotol wine untuk menghangatkan tubuh kita." Sahutnya setelah membuka aluminium foil yang masih terasa panas. Ia juga perlu menyecap ibu jarinya setidaknya mengurangi rasa panas yang mencubit ujung kulit jempolnya.

"Kau memiliki persediaan minuman?" Tanya Richelle kemudian.

"Cukup untuk kita berdua. Tunggu aku jangan coba-coba memakan mereka lebih dulu." Tegasnya menyipit pelan. Richelle mengangguk cepat dan tertawa tanpa suara.

Seperti yang diperintahkan nya. Richelle hanya meletakkan alat makan untuk masing-masing. Kemudian ia berjalan sampai batas pagar yang tingginya hanya sepinggang. Mengusap kedua lengannya karena angin malam begitu dingin terlebih di sini banyak tumbuh pepohonan juga sungai yang tak jauh di sana.

"Alaric benar, di sini tenang sangat pas untuk kita yang memerlukan waktu beristirahat." Pikirnya.

Kepalanya sedikit menoleh saat ia merasakan sesuatu yang lembut memeluk sekaligus menutup tubuhnya.

"Kau butuh selimut," Alaric masih berdiri di belakang tubuhnya. Satu tangan memeluk lehernya sedangkan satu yang lain melingkar di sekitar pinggang seraya mengelus punggung tangan Richelle.

Dengan posisi seperti itu, Richelle memiringkan kepalanya hingga ada ruang pada bagian leher yang menjadi tumpuan dagu pria itu

"Atau kita bisa pindah ke ruang makan jika kau tidak nyaman di sini."

"Tak apa. Aku nyaman di sini, Al. Terlebih kau sudah membawa selimut untuk ku."

"Baiklah. Sebaiknya kita habiskan makanan itu agar kita bisa istirahat lebih cepat."

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang