Chapter 19

7.1K 367 8
                                    

Playlist : Faouzia feat John Legend - Minefields

Playlist : Faouzia feat John Legend - Minefields

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•• * ••
Call me Dedew
No Author, please!
•• * ••

|Happy Reading|

Tinggalkan vote+comen

🌷🌷🌷

Nyatanya Alaric masih bisa mengendalikan diri ketika satu jarinya sudah menyentuh sesuatu yang licin di bawah sana. Segera saja pria dewasa tersebut melangkah mundur dan mengerjap beberapa kali sebelum kembali memasang wajah datar.

Matanya menggelap tak bisa menutupi gairah yang terpancing. Jakunnya naik turun apalagi saat gadis yang memiliki tubuh molek di depannya itu masih setengah telanjang. Dadanya kembang kempis tak jauh berbeda darinya.

Fuck!

Richelle terlihat sangat menggairahkan! Membuatnya ingin sekali menggagahi gadis itu di sini sekarang juga. Lihatlah gadis ini, terlihat sudah siap dan dipastikan tidak akan melakukan perlawanan.

Tapi balik lagi, Alaric tidak mau merusaknya. Richelle masih muda dan masih memiliki masa depan dengan segala kebebasan dan kesenangan yang harus gadis itu nikmati.

Richelle sudah kehilangan setengah kesadarannya pun harus menelan pil pahit ketika sepenuhnya sadar bahwa Alaric tidak melanjutkan apa yang telah ia duga. Padahal sedari tadi, Richelle sudah tidak lagi memikirkan soal keperawanan yang akan diambil sore ini juga.

"Kenapa berhenti? Kenapa tidak di lanjut!" Sadar atau tidak, Richelle sudah mengeluarkan kata yang sepenuhnya membuat ia malu sekali.

Alaric sendiri terbengong untuk beberapa detik. Lalu ia tertawa tanpa suara. Membawa Richelle dalam gendongannya tanpa mau berlama-lama menatap Richelle yang kini tersenyum malu menatapnya.

Udara petang semakin dingin. Langit malam perlahan-lahan meraup siang juga puluhan burung berterbangan di udara dengan kicauan yang terdengar merdu namun membawa suasana sunyi.

Begitu sampai di tepian, Alaric langsung saja menutup tubuh Richelle dengan kaosnya. Paling tidak itu mampu menutupi hingga batas lututnya.

"Kau harus mandi dengan air hangat aku tidak mau sampai kau jatuh sakit karena kedinginan." Ucapnya lembut.

"Tunggu," Richelle mencekal pergelangan tangan Alaric ketika pria itu bergerak untuk menjauh.

"Ambilkan." Tunjuknya pada sesuatu yang mengapung tak jauh dari mereka.

Richelle yang seharusnya malu justru malah sebaliknya. Ia menyilang tangan depan dada lalu mengikis jarak seraya berbisik. "Kau yang melepaskannya dan membuangnya begitu saja. Tolong ambilkan. Aku tak masalah jika tidak perlu memakai bra, tapi apa kau tidak goyah jika-"

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang