Chapter 36

9.1K 512 46
                                    

Playlist : Justin Aldrin - Ko Bukan Pelangi

Playlist : Justin Aldrin - Ko Bukan Pelangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hei! Ichel update 🥂

Btw, playlist nya aku pilih lagu lokal!
Entahlah, Dew lagi suka buangeeett sama lagu Timur yang satu iniii 😭😭 Jangan lupa didengarkan yes?!

Happy Reading
🥂

🌷🌷🌷

Pearl'e Building
Manhattan, New York
5 pm

Suara ketikan pada keyboard komputer yang dimainkan oleh jari jemari lentik berpoles bening itu menjadi satu-satunya suara yang mengiringi kesepian ruangan bernuansa putih dengan sedikit furniture yang berwarna hitam saja.

Sesekali gerakannya terhenti serta bibir bergerak pelan untuk membaca apa yang telah terpapar dalam word di layar monitor itu.

Richelle menarik kedua tangannya yang bertaut- ke depan dengan punggung sedikit ikut membungkuk. Samar-samar terdengar suara hentakan pelan dari tulang badannya.

Lampu ruangan otomatis menyala, menandakan bahwa hari sudah petang. Menyelesaikan pekerjaan yang sedikit lagi rampung, Richelle pun mematikan komputernya setelah memastikan semua dokumen tersimpan aman.

Dalam duduknya, ia berbalik sehingga cahaya orange yang diciptakan senja pun menjadi pemandangan yang mampu membuatnya rileks. Richelle menikmati lukisan semesta yang tersaji dalam keheningan. Pikirannya mulai melalang buana sekedar mencari-cari keseruan dalam imajinasinya sendiri.

"Senja akan sangat indah jika dilihat dari bibir pantai." Suara berat di belakang telinganya terdengar syahdu bagi Richelle.

"Dan bertambah lebih indah lagi jika mengamati senja bersama mu." Ia membalas sembari mendongak untuk menatap wajah Alaric yang tersenyum tulus padanya.

Sendiri itu menakutkan. Kadang kala kenangan masa lalu dengan mudahnya menelusuri pikiran. Richelle segera menggeleng cepat mencoba mengehentikan potongan waktu saat-saat bersama Alaric.

Gedung-gedung bertingkat nan megah pun mulai sepenuhnya bercahaya karena lampu yang dimiliki, tidak lama bersamaan dengan matahari yang kembali bersembunyi dari langit Amerika untuk memancarkan cahayanya ke negara lain tentunya.

Richelle dikejutkan dengan suara dering ponsel yang tiba-tiba menyeruak dari dalam tasnya. Benda itu mengintip- perlahan muncul karena getarannya. Pun Richelle memutar kursi untuk melihat ponsel yang masih berdering.

Menyugar rambut dengan kelelahan tangan seraya mengambil benda berlogo mahal tersebut dengan satu tangan yang lain. Mengukir senyum tipis dan mengusap tanda hijau hingga suara lembut dari milik seseorang di seberang sana pun menyapa pendengaran.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang