Chapter 25

8.1K 477 153
                                    

Playlist : BTS - Your Eyes Tell

Huahh tumben sekali cepet update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huahh tumben sekali cepet update. Gak yakin sih bisa konsisten 😜
Rasa ingin cepat menyelesaikan Richelle tapi masih bingung berapa chapter yang harus dibuat?
Juga masih kesulitan bikin alur sepanjang 2000 kata per-chapter-nya.

--
Kalo mau nyapa, panggil aku DEDEW yaaa jangan THOR/AUTHOR 😘😘
--

|HAPPY READING|
2780k 😜

🌷🌷🌷


Tidak membutuhkan banyak waktu. Sepuluh menit kemudian, helikopter itu sudah mendarat tepat di helipad yang berada di sisi mansion Edmond.

Pekarangan yang begitu luas dengan keindahan rerumputan hijau terawat juga beberapa pohon Cemara yang tak menjulang tinggi tertanam di posisi yang pas. Dibantu oleh seorang pengawal, Richelle turun dari kendaraan itu.

Kaki yang terbalut flatshoes putih gading itu berjalan terhentak-hentak hingga menimbulkan sedikit benturan pada lantai marmer. Memang Richelle sendiri yang meminta kepada David untuk sekalian membawakan ia alas kaki karena sepatu miliknya ditinggalkan begitu saja di tepian sungai. Tidak tahu apakah sepatu mahal juga limited edition itu Alaric ambil dan simpan atau tidak. Untuk saat ini Richelle membiarkannya meski tak menampik bahwa ia tidak rela ketika ia sudah dalam penerbangan.

Tatapannya yang menunduk dan sekuat mungkin untuk tidak kembali menangis, membuatnya tak sadar pada kedua orangtuanya yang tengah menyesap teh di siang hari di ruang utama mereka.

Stephanie yang lebih dulu menyadari ketibaannya lantas berdiri setelah meletakkan gelas keramiknya.

"Sayang, kau baru tiba?" Sapaannya dibarengi dengan langkah kaki yang anggun namun cepat menghampiri sang putri.

"Mama," Richelle bergumam lirih. Maka dalam dua langkah menyusul- ia segera saja menelusup untuk memeluknya.

"Ichel.... Kenapa denganmu, queen?" Dibelainya rambut gadis itu dengan usapan penuh cinta juga beberapa kali ia mencium pelipisnya tanpa memaksa Richelle untuk menjawab kekhawatirannya.

"Kita ke kamar ya? Mama antar." Ucapnya kemudian setelah menarik pelukan. Ia bisa melihat mata putrinya memerah juga berkaca-kaca. Stephanie pun yakin bahwa Richelle pasti sudah menangis sebelumnya.

"Bisa kau katakan siapa yang membuatmu menangis?" Suara bariton yang terdengar tegas juga terselip kemarahan pun membuat Richelle memiringkan kepalanya dari bahu Stephanie.

Di saat ia menerima telepon, Richelle memang bersuara nyaring layaknya orang yang sedang baik-baik saja. Tentu David tidak bisa dibohongi sebab ia pun menyadari dengan suara gadisnya yang agak serak terdengar.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang