Chapter 55

7.7K 400 148
                                    

Playlist : Tatu - All the things she said

Playlist : Tatu - All the things she said

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Taburkan bintang sertakan komentar-

Tandai typo untuk bantu aku merevisinya.

🌷🌷🌷

Empat bulan berlalu, terasa begitu singkat. Disibukan dengan masing-masing pekerjaan tentu Richelle sudah jarang sekali menikmati waktu berdua bersama Alaric. Hanya sekedar makan siang jika ada waktu luang dan setelahnya mereka akan kembali pada tumpukan dokumen terlebih lagi Alaric yang kerap keluar negeri bahkan sampai berhari-hari.

Untungnya mereka tidak lupa untuk saling memberi kabar termasuk video call. Saat seperti itu lah Richelle berani mengirimkan foto vulgarnya walau tidak sepenuhnya telanjang.

Richelle benar-benar memancing gairah Alaric yang selama berbulan-bulan ini tidak terpuaskan. Mau tidak mau dia akan bermain sendiri sampai berjam-jam di kamar mandi dengan memandangi tubuh molek kekasihnya entah yang hanya mengenakan underwear, lingerie, punggung polos membelakangi kamera atau tubuh tanpa busana yang bagian intimnya Richelle tutupi dengan tangan.

Richelle sudah menjadi wanita nakal. Tentunya hanya kepada Alaric. Salahkan pria berusia kepala tiga itu merasa tak sabaran mengikat wanita dalam pernikahan sesegera mungkin?

⚠️🔞⚠️


Seperti halnya sekarang, Alaric yang baru saja selesai lari pagi sedang mengistirahatkan badannya di sofa yang nyaman. Tidak ada lima menit ia terdiam sembari memejamkan mata, telepon seluler di atas pahanya bergetar yang menandakan telepon masuk.

Senyum secerah matahari pagi kota Washington pun terukir manis di bibirnya ketika mata dan kata tak bersuara menyebut satu nama di layar itu.

"Hallo, babe!" Terdengar suara nyaring dari seberang telepon.

Alaric menampilkan senyum yang selalu berhasil memikat wanita begitu juga Richelle. "Hallo, sayang. Kau baru bangun tidur?"

Dalam layar ponsel itu, hanya seluruh wajah Richelle lah yang terlihat namun Alaric tahu bahwa warna pink pastel yang membungkus lehernya adalah selimut.

"Hm, sekitar satu jam yang lalu. Aku malas gerak dari ranjang." Suaranya sedikit menggumam karena ia sedang telungkup dengan pipi menempel di bantal.

"Jadi, kau juga belum mandi?" Tebak Alaric. Ia menarik punggung dari sandaran kursi, sedikit menjauhkan ponselnya.

"Terlihat jelas, ya?" Katanya tersenyum malu. Richelle bahkan memeriksa sudut matanya takut-takut ada kotoran yang mencokol di sana.

"Huft, syukurlah tidak ada."

Alaric tertawa tanpa suara. "Di saat bangun tidur saja kau masih terlihat cantik, sayang." Alaric gemas sekali terhadap gadis itu.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang