Onedream_id : Aries
A story by @khanzzhft
ARIES by : @khanzzhtt
Ellen. Begitulah mereka memanggilku. Seorang gadis biasa dengan kehidupan layaknya manusia. Membosankan. Bahkan aku ingin saja berkunjung ke dunia orang yang sudah meninggal. Apa juga m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello my readers!
Pakabar?
Mau tau dong, seberapa banyak sih, yang nungguin Aries update? Komen-komen, kuy!
Lagi-lagi, nggak bosen aku bilang makasih banyak ya, masih tetep setia baca Aries sampai sekarang.
Selamat membaca!♡
*(×_×)*
Kakiku terus berjalan, mengikuti langkah lelaki di sampingku yang tak tahu entah akan pergi kemana. Dengan menggenggam tanganku, sesekali ia melirikku sembari tersenyum.
Ia berhenti di bawah pohon rindang dengan dedaunan yang lebat. Lelaki itu menduduki rumput hijau, lalu menyuruhku bergabung dengannya juga.
Angin sejuk yang berembus cukup kencang membuat rambutku berkibar-kibar. Tak jauh dari tempat kami duduk, terdapat danau yang membentang luas. Pemandangan disini sangat indah. Tak heran jika banyak pengunjung menggelar tikarnya untuk berpiknik santai.
Kepalaku menoleh, memandang lelaki yang sedang memejamkan mata menikmati angin membelai wajahnya itu selalu membuatku teringat akan Brandon. Sebelum perang terjadi, Brandon juga membawaku bermain-main di air terjun Spirtopia.
Jujur, aku merindukannya. Dan berada di samping lelaki ini telah membuatku merasakan hal itu kembali. Senang rasanya.
"Tampan, kan?" suara bisikan itu membuyarkan lamunanku. Ia terkekeh melihatku terkejut. Tangan Brian tiba-tiba terulur, menyelipkan rambutku ke belakang telinga.
"Sebenernya, kamu ngapain ngajak aku kesini?" tanyaku.
Yang ditanya malah tersenyum. Heran, lelaki ini selalu menunjukkan senyumannya tanpa alasan. "Tunggu sebentar." Brian bangkit, pergi meninggalkanku sendirian.
Karena bosan, aku memainkan rumput yang kududuki. Kupetik bunga kecil yang ada di dekatku. Ini mengingatkanku pada saat di hutan Spirtopia. Kala itu, Brandon memetik bunga dan menyelipkannya di rambutku. Sebenarnya Brian juga pernah melakukan hal yang sama. Tanpa kusadari bibirku tertarik simpul.
Bayangan indah itu seketika musnah saat tiba-tiba angin bertambah sangat kencang. Hawa di sekitar terasa jauh lebih panas. Di penglihatanku yang menipis karena debu mulai masuk ke mata, aku menangkap sosok tinggi dengan jubah lusuh. Ya, roh jahat itu lagi.
Dengan gerakan bagai kilat, ia datang di hadapanku begitu cepat. Pijakan sepatu boots-nya terasa kuat.
"You know that I'm just a soul, right? Aku membutuhkan raga untuk kusinggahi. Dan aku telah mendapatkannya." Ia memamerkan seringainya. "Perlahan-lahan, dunia kalian pun akan mampu kutaklukan. Bersiaplah untuk berlutut di hadapanku, manusia."