Onedream_id : Aries
A story by @khanzzhft
ARIES by : @khanzzhtt
Ellen. Begitulah mereka memanggilku. Seorang gadis biasa dengan kehidupan layaknya manusia. Membosankan. Bahkan aku ingin saja berkunjung ke dunia orang yang sudah meninggal. Apa juga m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello my readers!
Pakabar?
It's been a long day without you, my friends~~ Hehehehe.
Makasih banyak ya, masih tetep setia baca Aries sampai sekarang. Makasih banyak pokoknya.
Selamat membaca!♡
*(×_×)*
"Kamu... mau nggak, jadi Rose-ku?"
"Hah?" Pertanyaan itu membuatku bingung. Rose apa yang ia maksud? Lagipula, mengapa tiba-tiba ia menanyakan hal seperti ini? Malam-malam. Di halaman belakang yang notabene-nya adalah hutan. Aneh sekali, bukan?
Hugo tampak berkeringat. Sepertinya ia gugup. Rasa-rasanya sampai aku bisa mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang. "Em... itu. M-maksudnya, kamu jadi Rose dan aku jadi Jack. Ki-kita main drama gitu pura-pura, hehe."
Aku menyelipkan rambutku di telinga. Angin malam yang kencang membuat rambutku beterbangan. Dingin mulai menusuk kulit. Aku hanya menggunakan kaos rumahan tipis dan celana pendek. Dan lelaki di hadapanku ini masih saja mengatakan hal-hal yang tidak jelas.
"Jack ingin hidup, Rose ingin mati. Jack mati untuk Rose dan Rose hidup untuk Jack. Itu drama yang pengen kamu mainin?" ucapku tanpa pikir panjang. Aku tak ingin berlama-lama di luar.
Sepertinya Hugo agak terkejut dengan ucapanku. "Um... k-kalo gitu, Romeo dan Juliet? Bukan Romeo dan Caca. Gimana? Hehe." Loh, kok anak ini malah menawar, sih?
"Kamu mau bunuh diri kalo aku mati? Apaan sih, kamu tuh nggak jelas banget. Gabut malem-malem bikin pening kepala, ah." Aku berdecak sebal. Hugo semakin mengada-ada saja.
Hugo bergeming. Ia menatapku dalam diam. "Mending jalanin hidup kita sendiri aja. Hugo dan Ellena. Hidup kita aja udah banyak drama, kok."
Kuhela napas lelah melihat Hugo yang kini menundukkan kepala dalam-dalam. "Tugas matematika-ku belum selesai. Emangnya pr kamu udah semua? Sana kerjain!"
Tanpa menunggu balasan Hugo, aku segera melangkah. Tampaknya tak ada pergerakan dari lelaku itu. Justru sebuah kalimat yang terlontar lirih dari mulutnya membuatku sedikit merasa bersalah.
"Andai kamu tau yang sebenarnya, Na."
Aku menghela napas pelan. Huh, aku tau keadaan seperti ini akan terjadi dan aku tak menyukainya.
Andai kamu juga tau yang sebenarnya, Go.
Pura-pura tuli, kupercepat langkah dan masuk ke dalam melewati jendela kamar yang masih terbuka.
Jujur saja, aku telah sangat-sangat mengerti apa maksud Hugo. Tapi aku tidak ingin kita masuk ke dalam zona tersebut. Aku yakin Hugo bisa mendapat gadis yang lebih baik dariku.