Twenty one||Why Him?

251 54 25
                                    

Hello my readers!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello my readers!

Pakabar?

Gimana kalau kita mulai dengan tanya-jawab dulu?

1. Gimana part 20 kemarin? Bagus, nggak?

2. Apa yang bikin kalian pencet part 21 ini?

3. Film kesukaan kalian apa sih?

4. Kalian ada moodbooster nggak?

5. Udah siap baca lanjutan kisahnya?

Oke!
Silakan baca!

Dinikmati aja alurnya, sambil halu ria ya, kan?
Selamat membaca:)

*(×_×)*

Meika's views...

Ketika pintu lift telah terbuka, kakiku melangkah lemah menuju kelas. Kepalaku rasanya ringan sekali, namun pusing.

Aku belum memberitahu Mami ataupun Kak Maddie bahwa aku sakit sejak beberapa hari kemarin. Dan mereka juga tidak tahu karena memang aku mencoba terlihat baik-baik saja. Tak ingin menyusahkan orang-orang yang ada disekitarku karena ini.

"Hai, Mei!" sapa Hugo yang hanya kubalas dengan senyuman lalu duduk di kursiku. "Kamu pakai makeup biar kelihatan cantik kan, di depan Sagi? Tapi kamu kan, tau sendiri kalo Sagi belum berangkat."

Aku berdecak. "Apaan sih, enak aja lo. Gue kan emang cantik." Tanganku mengibas rambut.

"Hai, guys!" Kini Zio yang entah kembali dari mana, karena tas-nya telah ada di bangku-nya sejak aku baru sampai di kelas. Tapi orangnya baru saja datang.

Ia memandangku yang segera kusemprot, "apa lo lihat-lihat! Mau komentar makeup gue juga?!"

"Enggak. Emang makeup lo kenapaㅡlo pake liptint, ya?" Aku menoyor kepala Zio. Memang sih, aku memakai liptint, biasanya aku hanya memberi lipbalm agar melembabkan bibirku saja. Namun kali ini aku tidak berani, terlalu pucat.

*(×_×)*

Untung saja hari ini tidak ada pelajaran Bu Pipin. Jika ada, mungkin kepalaku akan tambah pusing dan meledak seketika.

Hugo dan aku berjalan menuju kantin. Yang aku butuhkan sekarang adalah moodbooster. Kepalaku celingukan mencari keberadaan seseorang yang akan membuatku terasa jauh lebih baik.

"Sagi mana? Masa masih nggak berangkat, sih?" tanyaku pada Hugo, namun kepalaku masih tetap menoleh ke kanan-kiri. Beberapa hari lalu, Sagi mengatakan bahwa ia tidak berangkat karena ada urusan. Memangnya urusan apa sampai selama ini?

ARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang