Fourteen||Get Well Soon

327 63 35
                                    

Hello my readers!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello my readers!

Pakabar?

Gimana kalau kita mulai dengan tanya-jawab dulu?

1. Gimana part 13 kemarin? Bagus, nggak?

2. Apa yang bikin kalian pencet part 14 ini?

3. Gimana daringnya?

4. Semangat kalian yang tugasnya banyak, ya!

5. Udah siap baca lanjutan kisahnya?

Oke!
Silakan baca!

Dinikmati aja alurnya, sambil halu ria ya, kan?
Selamat membaca:)

*(×_×)*

Hugo's views...

Pagi ini mendung, tak seperti biasanya yang setiap pagi pasti cerah. Aku duduk di kursi makan rumah Ellena sambil menunggunya yang masih berada di dalam kamarnya. Jariku menyentuh layar ponsel yang menampilkan beranda Instagram.

Tante Liza sedang memanen hasil kebunnya di belakang rumah. Bukannya aku tak mau membantu, tapi Tante Liza menolak halus bantuanku.

Moeza mendatangiku dan mengeong. Karena kurasa ia hanya mencari perhatianku, aku mengelusnya. Namun ia tak kunjung berhenti mengeong sambil terus menatap ke satu arah. Sebenarnya aku tak terlalu mempedulikan hal itu.

Moeza turun dari pangkuanku dan berjalan menuju kamar Ellena yang tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moeza turun dari pangkuanku dan berjalan menuju kamar Ellena yang tertutup. Ia mencakar-cakar pintunya sembari terus mengeong. Aku bergerak menggendongnya lalu memasuki kamar Ellena. Ah, lagi-lagi dia masih tertidur.

Kuusap kepalanya lembut. "Nana dalem, bangun!"

Tak ada respons.

Decakan kecil lolos dari mulutku. Aku mencubit hidungnya cukup keras. "Nana dalem bangun, dong!"

ARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang