Seven||Ridiculous

549 91 45
                                    

Hello my readers!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello my readers!

Pakabar?

Gimana kalau kita mulai dengan tanya-jawab dulu?

1. Gimana part 6 kemarin? Bagus, nggak?

2. Apa yang bikin kalian pencet part 7 ini?

3. Gimana quarantine kalian?

4. Yang lagi gabut, baca sambil rebahan angkat tangan!

5. Udah siap baca lanjutan kisahnya?

Oke!
Silakan baca!

Dinikmati aja alurnya, sambil halu ria ya, kan?
Selamat membaca:)

*(×_×)*

Oke, aku bersiap memejamkan mata.

Kucoba mengintip. Membuka mataku perlahan hingga terbuka sempurna. Sinar matahari yang masuk melewati jendela membuat mataku kembali memicing.

Aku bangkit dari tidurku dan bersandar pada dipan kayu. Pakaian yang kukenakan tetap masih sama seperti kemarin.

Kepalaku tergerak untuk menoleh pada sumber suara seperti seseorang yang mengetuk pintu beberapa kali. "Ah, pasti monyet kemarin. Masa sama monyet aku takut, sih."

Mataku berhenti berkedip ketika seseorang yang kusangka monyet mengetuk pintu tadi berganti menggerakkan gagang pintu. "Monyet buka pintu? Haha... lucu banget mimpi ini. Ehㅡ"

Pintu kamar itu terbuka perlahan. Aku meringis sambil menutup mataku. Untung aku belum beranjak dari kasur. Jadi aku bisa pingsan kapanpun aku mau.

Setelah terdengar suara langkah kaki, sebuah tangan manusia menepuk punggungku. "Ellesta?" Ah, kenapa semuanya panggil aku sama nama itu sih?!

Karena yang kurasakan memang benar-benar tangan manusia, kuberanikan diri untuk melihat. Seorang perempuan paruh baya dengan gaun putih yang hampir sama seperti yang kukenakan. Senyuman manisnya itu seperti... Ibu?

"Kamu sudah siuman, ya. Syukurlah." Kata Ibu menggunakan Bahasa Inggris sambil mengusap kepalaku. "Wanna breakfast?"

Aku menggeleng. "Ini jam berapa, Bu?"

"Hampir jam 9," jawab Ibu. Aku hanya mengangguk. Kulihat di lantai ada 2 ekor burung merpati putih yang terdengar berbisik. Apa?! Berbisik? Huft, sepertinya aku sudah mulai gila.

"Ya sudah, Ibu belanja dulu, ya." Setelah aku mengangguk, Ibu beranjak menuju pintu. Salah satu burung merpati putih itu hinggap di pundak Ibu. Dan yang satunya hinggap di kasurku.

ARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang