Twenty seven||Goodbye

235 55 44
                                    

Hello my readers!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello my readers!

Pakabar?

Makasih banyak ya, masih tetep setia baca Aries sampai sekarang.

Karena pertanyaan yang kayak biasanya itu useless, jadi nggak usah ada pertanyaan ya, gais:)

Selamat membaca!♡

*(×_×)*

Back to Ellena's views...

Aku menunggang Aries yang melaju dengan kecepatan tinggi. Hampir saja Aries tersandung batang pohon yang tumbang karena kurang hati-hati. Pikiranku beradu sangat gelisah. Perasaanku bercampur-campur. Belum perang saja aku sudah memikirkan bagaimana akhir cerita ini. Apakah aku akan menang?

Sungguh, keyakinanku pada diri sendiri sangatlah minim dalam hal ini. Aku risau memikirkan nasib Medivh, keluargaku dan juga dunia ini. Bukannya semangat, justru lebih menjurus kepada kepanikan. Yang kupikirkan hanyalah kekalahanku, bukan kemenanganku. Aku merasa tak ada bau kejayaan untuk dunia ini. Entah mengapa demikian. Entah mengapa isi otakku sangatlah jahat.

Bahkan, saat gunung berapi yang besar dan tinggi itu telah berada di hadapanku, wajahku berubah menjadi pucat. Kakiku yang kulangkahkan dengan ragu untuk memasuki sebuah gua yang menjadi pintu masuk menuju perut bumi itu menjadi lemah.

Atensiku menatap lurus ke arah magma yang telihat seolah ingin menggelamkan sepenuh nyaliku. Mengerikan sekali.

"Ellesta, what are you waiting for?" seru Aries membuyarkan lamunanku. "Cepat lemparkan kalung itu kesana! Biarkan magma itu menelannya dan memberikan riexword itu kepadamu."

Aku mengangguk. Kulepaskan kalung pemberian Ayah dari leherku. Kutelah saliva dengan susah payah. Kemudian, aku melemparkan kalung itu sesuai seperti yang Aries perintahkan.

Tak butuh waktu lama, muncul seperti batu besar dari dalam magma. Disana tertancap pedang legendaris Lord Xavier yang menjadi incaran Marco, riexword. Sebuah jembatan berdiameter kecil-pun mulai terlihat, sepertinya itu adalah jalan untuk mengambil pedang api itu.

"Thank you for helping me." Suara bariton terdengar menggema memenuhi ruangan yang sangat luas itu, diikuti tawa licik.

Aku membalikkan badanku. Disana berdiri seorang lelaki bertubuh tinggi dan gagah. Disampingnya terdapat 2 monster yang terlihat menjijikkan. Badannya lebar seperti gorila, taring yang tajam seperti harimau, lidahnya panjang berbentuk seperti ular, kulit yang bersisik seperti ikan. Kepalanya seperti manusia namun memiliki telinga seperti gajah dan rambut seperti singa. Kukunya panjang seperti elang. Makhluk itu juga bisa memuntahkan cairan yang bisa langsung membakar kulit manusia.

ARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang