Onedream_id : Aries
A story by @khanzzhft
ARIES by : @khanzzhtt
Ellen. Begitulah mereka memanggilku. Seorang gadis biasa dengan kehidupan layaknya manusia. Membosankan. Bahkan aku ingin saja berkunjung ke dunia orang yang sudah meninggal. Apa juga m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello my readers!
Pakabar?
Kok makin hari makin sepi ya, lapak ini. Kalian pada kemana? Padahal aku setia lho nungguin kalian. Tapi kenapa kalian nggak datang? Kalian sibuk ya? Atau udah bosen sama aku? Yaah... masa kita harus putus, sih? Aku masih sayang sama kalian. JK wkwk.
Lagi-lagi, nggak bosen aku bilang makasih banyak-banyak ya, buat kalian yang masih tetep setia baca Aries sampai sekarang.
Selamat membaca!♡
*(×_×)*
"Hugo!"
Kakiku mengambil langkah besar. Dengan cepat kutarik tangan Hugo yang membuat tubuhnya tersentak dan memutar menghadapku.
Aku menatap pupil Hugo yang masih tampak merah menyala. Pandangannya kosong. Jujur saja, aku masih agak takut untuk berhadapan dengan mata mengerikan itu.
Mengalihkan pandang, kepalaku menunduk. Menatap kepalan tangan Hugo yang berada dalam genggamanku. Kulitnya mengelupas. Bercak darahnya cukup banyak hingga membekas di dinding yang entah sudah berapa lama ia pukul. Namun lelaki itu tak menunjukkan reaksi kesakitan sama sekali.
"Apa yang kamu lakuin Go, kamu kenapa?"
Aku menghela napas kasar. Lalu bergegas mengambil kapas dan obat merah dari tas Meika tanpa izin. Maaf, ini urgent. Belum sempat kapas itu menyentuh luka Hugo, tiba-tiba ia menepis tanganku kasar.
"Biar aku obatin dulu!" Aku menarik pelan tangannya. Memang, perasaanku gusar melihatnya terluka seperti ini.
BUGGHH!
"Aakkhh!" Pekikku ketika lelaki itu menghempaskan tubuhku hingga menabrak dinding dengan sangat kencang. Aku jatuh terjerembab, meringis sembari memegangi punggungku. Kepalaku terasa pusing karena ikut terantuk keras tadi.
"Hugo, kamu akㅡ" Suaraku terputus karena dengan tiba-tiba tangan Hugo mencekik leherku sangat kuat. Aku sudah mencoba memukulnya, namun kurasa sia-sia saja. Ia tak merespon sama sekali.
"Hugo..., t-to... long... le... pasㅡ"
Lelaki itu semakin menguatkan cekikannya di leherku.
"A... ku m-mo... hon..."
Seringaian lelaki itu membuatnya kehilangan jati dirinya. Entahlah, yang kulihat bukanlah wajah Hugo. Melainkan sengiran dari wajah jahat yang selalu menerorku selama ini tampak berusaha menguasai jiwa sahabatku.
"I-ini a... ku..."
Pandanganku mengabur. Pasokan oksigen terasa lenyap. Leherku terasa sakit sekali. Darah dalam tubuhku seolah berhenti mengalir. Detak jantungku semakin melemah. Tanpa kusadari air mataku menetes.