Thirty two||Her

202 49 23
                                    

Hello my readers!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello my readers!

Pakabar?

Makasih banyak ya, masih tetep setia baca Aries sampai sekarang.

Karena pertanyaan yang kayak biasanya itu useless, jadi nggak usah ada pertanyaan ya, gais:)

Selamat membaca!♡

*(×_×)*

Hugo's views...

Pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan oleh Bu Dita tidak membuat murid-murid mengantuk. Bahkan Meika yang biasanya selalu menyempatkan tidur di kelas, sedari tadi tak menunjukkan tanda-tanda ia bosan sama sekali.

Karena kami telah menuduki kelas 11, Bu Dita menanyakan tentang cita-cita kami. Ingin kuliah dimana dan jurusan apa. Memang harus dipersiapkan jauh-jauh hari.

Saat datang giliran Meika, gadis itu tak menjawab. Ia justru terdiam, entah melamunkan apa.

"Mei!" Zio mendorong pelan punggung Meika.

"Apaan sih, Yo?" Meika yang terkejut segera menoleh. Namun Zio mengode agar Meika fokus ke depan. Bu Dita masih menunggu jawaban Meika. "O-oh... ada apa, Bu?"

Wanita muda yang berdiri di depan papan tulis itu menggelengkan kepala. "Cita-cita kamu apa? Udah tau mau kuliah dimana dan mau ambil jurusan apa?" Bu Dita memang tergolong guru yang baik dan penyabar.

"Um... se-dikasihnya Tuhan aja, Bu," jawab Meika tampak tak bersemangat. Biasanya gadis itu jika ditanya soal cita-cita, ia akan antusias menjawab dengan menyanyikan lagu Aku Mau milik Once. Dan mengganti lirik 'kamu' menjadi Sagi.

"Kita harus punya pendirian, kita harus punya tekad. Kita harus punya mimpi yang perlu kita usahakan untuk berhasil menggapainya. Jangan pernah menyerah hanya karena orang meragukan. Jangan pernah menyerah hanya karena orang bilang kita tidak pantas. Kalo mereka bilang mimpi kita terlalu besar, itu berarti mereka yang berpikir terlalu kecil," terang Bu Dita menjelaskan.

Meika kembali terdiam. Apa ia sedang memikirkan Sagi? Bukankah tiada hari tanpa memikirkan lelaki itu?

Setelah menerangkan beberapa hal mengenai cita-cita, Bu Dita menutup pelajaran kali ini dengan salam semangat.

*(×_×)*

Aku duduk di bangku Ellena yang ada di samping Meika. Gadis itu biasanya akan pergi ke kantin dan mencari Sagi setiap jam istirahat seperti ini. Namun ia masih diam saja melamun.

Akhir-akhir ini Meika memang lebih banyak diam. Tak se-ceria biasanya. Namun jika ditanya ada apa, ia hanya menjawab sedang mager saja.

"Mei?" panggilku.

ARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang