Twenty nine||Gift

203 46 10
                                    

Hello my readers!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello my readers!

Pakabar?

Makasih banyak ya, masih tetep setia baca Aries sampai sekarang.

Karena pertanyaan yang kayak biasanya itu useless, jadi nggak usah ada pertanyaan ya, gais:)

Selamat membaca!♡

*(×_×)*

Meika's views...

Bus yang membawa ratusan siswa-siswi Andromeda High School telah sampai di sekolah. Semuanya sedang sibuk menurunkan barang masing-masing termasuk aku.

Ransel berat yang tadinya kugendong di pundak segera kuletakkan di salah satu bangku panjang yang ada di sekolah. Jariku mengutak-atik ponsel menghubungi supir untuk menjemputku pulang. Hugo duduk di samping sembari menemaniku menunggu jemputan.

"Capek, Mei?" tanya Hugo memecah keheningan.

Aku menghela napas pelan. "Iya, nih. Nanti sampe rumah mau tidur seharian. Bangunnya besok pagi kalo mau berangkat sekolah aja."

"Kelamaan, Mei. Kamu juga perlu makan, mandi dan lain-lain."

"Males."

Kemudian mobil yang biasa digunakan pak sopir untuk menjemputku tiba. Seseorang yang keluar dari sana membuatku spontan membelalakkan mata.

Lelaki paruh baya itu tersenyum kepadaku, namun aku masih diam terpaku dengan mata yang hampir tidak berkedip.

"Mei?" Hugo menepuk pundakku. Membuatku sadar dari lamunan. Kutatap Hugo dengan air muka keheranan.

"Ini... bener, Go?" Anggukan dari Hugo membuatku kembali menoleh kepada lelaki gagah itu. Ia belum memudarkan senyumannya.

Aku segera berlari dan berhambur ke pelukannya. Air mataku tak bisa kubendung. Ah, ini air mata kebahagiaan.

"Papi kapan pulang?" tanyaku yang masih tak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang ini.

Papi mengusap pipiku lalu menjawab, "baru aja kemarin."

"Kenapa Papi nggak bilang, sih? Berarti waktu semalem Papi telepon Mei itu udah di rumah?"

Papi menganggukkan kepalanya. "Oleh-oleh yang Mei minta, kan?" Aku ikut mengangguk sambil tak henti-hentinya menangis.

"Mei kangen banget sama Papi," kataku sambil kembali memeluk erat Papi.

"Udah, kangen-kangennya di rumah aja. Sekarang pulang dulu ayo." Papa melepaskan pelukanku lalu menoleh kepada Hugo yang juga tersenyum melihatku senang karena bertemu Papi kembali. "Hugo, pulang naik apa?"

ARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang