Twenty three||Hard Life

242 57 33
                                    

Hello my readers!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello my readers!

Pakabar?

Makasih banyak ya, masih tetep setia baca Aries sampai sekarang.

Karena pertanyaan yang kayak biasanya itu useless, jadi nggak usah ada pertanyaan ya, gais:)

Selamat membaca!♡

*(×_×)*

Hugo's views...

Hari ini aku berangkat sedikit lebih pagi dari biasanya. Jika biasanya aku harus menunggu Ellena sarapan dan bermain-main bersama Moeza, lalu kini apa yang bisa aku lakukan di pagi hari? Aku menduduki kursi di sebelah Zio. Tanganku menopang dagu, bosan.

Zio menepuk bahuku. "Go, biasa... pr fisika."

Aku mengambil sebuah buku dari dalam tas. Lalu memberikannya kepada Zio. Ya, ia ingin menyontek pr fisika yang diberikan Pak Terry kepada kami. Tak masalah.

Bel masuk berbunyi. Semua murid yang sedang melakukan kegiatannya di luar kelas segera berbondong-bondong masuk. Tak terkecuali murid yang datang tepat saat bel dibunyikan.

"Eh, penghuni bangku depan kemana? Ellen kan, emang nggak berangkat. Tapi, si sabun muka mana, dah?" ujar Zio. Aku tahu, yang ia maksud adalah Meika.

Aku menghela napas. "Meika sakit."

"Sakit?! Bisa sakit juga tuh anak." Zio terkekeh singkat. Astaghfirullah kamu ini berdosa banget.

Decakan kecil lolos dari mulutku. "Meika juga manusia kali, Yo."

"Maksud gue, tumben gitu lho dia nggak berangkat karena sakit. Kadang kan, nggak berangkatnya karena pergi atau apalah itu."

Mendengarnya, aku jadi khawatir akan keadaan Meika. Semoga saja cepat membaik. Begitu juga Ellena, ah... aku sangat sangat dan sangat merindukannya.

"Sakit apa, Go?" bisik Zio mengingat guru pelajaran pertama telah memasuki kelas.

"Mm... cuma... demam biasa, kok." Tak pernah ada yang biasa dari penyakit. Meski sakit batuk sekalipun.

"Oh, semoga cepet sembuh ya, dia. Sepi juga kalo nggak ada dia."

Aamiin...

*(×_×)*

Istirahat kali ini sangat berbeda. Tak ada Ellena, tak ada juga Meika. Biasanya aku akan pergi ke kantin dan menghabiskan bakso bersama mereka. Hari ini terasa sepi sekali.

Aku memutuskan untuk tak pergi ke kantin. Rasanya seleraku hilang. Namun tetap saja kakiku terus melangkah meski tanpa tujuan.

Pandanganku menangkap seseorang yang sedang berjalan sambil memegang sebuah buku tulis di tangannya. Aku segera menghampirinya. "Hai, Anya!" Seorang gadis yang tak sengaja aku tolong waktu itu.

ARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang