Onedream_id : Aries
A story by @khanzzhft
ARIES by : @khanzzhtt
Ellen. Begitulah mereka memanggilku. Seorang gadis biasa dengan kehidupan layaknya manusia. Membosankan. Bahkan aku ingin saja berkunjung ke dunia orang yang sudah meninggal. Apa juga m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello my readers!
Pakabar?
Makasih banyak ya, masih tetep setia baca Aries sampai sekarang.
Karena pertanyaan yang kayak biasanya itu useless, jadi nggak usah ada pertanyaan ya, gais:)
Selamat membaca!♡
*(×_×)*
Back to Ellena's views...
Setelah makan bersama, para kaum gipsi mulai bercengkerama santai. Membahas hal apa saja. Kebahagiaan mereka membuatku ikut bahagia.
Aku berjalan membelah hutan, hanya bersama Aries. Disini, malam tak benar-benar gelap seperti di bumi. Bulan yang tampak besar memancarkan cahaya yang lebih terang pula.
Kuhentikan langkahku saat mendapati sungai. Sungai yang Brandon tunjukkan padaku waktu itu. Aku menduduki batu cukup besar dengan kaki yang kubiarkan masuk ke air.
"Aries, kapan aku bisa menyelesaikan semua ini? Aku sudah rindu dengan keluargaku di dunia asalku," ujarku. Mataku menerawang langit. Rembulan malam seolah sedang tersenyum untukku. Hugo.
"Kau harus mempersiapkan diri, Ellesta. Semuanya tak akan selesai jika kau tak menemukan tujuanmu."
Aku menoleh kepada Aries. "Aku sudah siap, Aries. Sudah lama aku menjelajah di dunia ini tapi mengapa belum sampai pada intinya juga? It's just waste my time."
"Bukan siap, Ellesta. Kau hanya ingin semuanya cepat selesai dan rohmu kembali pada raga aslimu," jawab Aries yang membuatku berpikir. Apa benar?
"Aku tak mengerti. Mengapa harus aku? Mengapa tak orang lain? Pemilik nama Aries bukan cuma aku. Mengapa?"
"Kau akan mengetahuinya saat ceritamu di dunia roh telah tamat."
Aku menghela napas berat. Ini tak adil. Apa istimewanya aku? Baru saja aku menginjak remaja dengan usia yang genap 17 tahun, tapi apa arti hadiah seperti ini? Menetap di dunia aneh yang aku saja percaya tak percaya dengan keberadaannya.
Bahkan sampai sekarang, aku masih menganggap ini semua hanyalah mimpi. Namun selalu saja aku merasa aneh. Tak mengerti apa yang membuatku demikian. Sebenarnya aku ditakdirkan untuk apa?
A million thoughts in my head Should I let my heart keep listening 'Cause up 'till now I've walked the line Nothing lost but something missing
Kuhela napas yang terdengar berat. Lalu melanjutkan nyanyianku dengan lirih.
I can't decide What's wrong, what's right Which way should I go