Onedream_id : Aries
A story by @khanzzhft
ARIES by : @khanzzhtt
Ellen. Begitulah mereka memanggilku. Seorang gadis biasa dengan kehidupan layaknya manusia. Membosankan. Bahkan aku ingin saja berkunjung ke dunia orang yang sudah meninggal. Apa juga m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello my readers!
Pakabar?
Makasih banyak ya, masih tetep setia baca Aries sampai sekarang.
Karena pertanyaan yang kayak biasanya itu useless, jadi nggak usah ada pertanyaan ya, gais:)
Selamat membaca!♡
*(×_×)*
Mataku baru saja terbuka. Aroma obat-obatan masuk ke indera penciumanku saat kuhirup napas. Pandanganku menyapu ruangan. Hugo yang tertidur dengan meletakkan kepalanya di lenganku itu terbangun. Aku tak sengaja menarik tanganku tadi.
"Nana dalem?" ucapnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Kamu ngapain tidur disini?"
Hugo menegakkan tubuhnya. Ia mengucek mata yang tadi masih setengah terbuka. Berulang kali menampar pipinya sambil melihatku tak percaya. Seperti orang gila, ia berteriak sambil mencubit pipiku, "Nana dalem?!"
"Apaan, sih!"
Lelaki itu segera memanggil dokter yang tak lama kemudian datang dan memeriksaku. "Syukurlah, Ellena akhirnya sadar setelah 1 bulan koma. Kondisinya stabil, detak jantung dan semuanya normal. Perkembangan Ellena sangat baik untuk pasien yang baru saja sadar dari koma."
1 bulan koma?! Apa aku selama itu meninggalkan bumi? Tapi aku merasa sebentar saja singgah di Spirtopia. Pantas saja tubuhku rasanya pegal sekali. Selama 1 bulan selalu terbaring di ranjang.
"Saya bisa pulang kapan, Dok?" tanyaku.
"Kalau besok kondisinya semakin membaik, bisa langsung pulang, kok." Mendengarnya, Hugo tersenyum kepadaku.
"Terimakasih, Dokter," jawab Hugo. Dokter pun mengangguk lalu izin pamit. Hugo kembali duduk di kursi. Ia menggenggam sebelah tanganku. "Aku seneng banget, kamu akhirnya siuman. Lebih seneng lagi karena yang pertama kali kamu lihat itu aku."
"Yang pertama kali aku lihat langit-langit kamar."
"M-maksud aku orang, manusia. Yang pertama kali kamu lihat kan, aku." Aku hanya mengiyakan. Terserah saja.
"Ibu dimana, Go?"
"Tadi aku udah kabari Tante Liza, kok. Paling sebentar lagi kesini. Tunggu aja." Aku mengangguk.
Hugo memberikan ponselku. Sudah 1 bulan juga aku tidak menyentuh benda pipih ini. "Makasih, udah nemenin selama aku koma." Meski aku sebenarnya tak tahu, sudah bisa kupastikan bahwa Hugo memang akan membantu Ibu untuk menjagaku.
"Bukan saat kamu koma aja lho, setiap hari aku selalu ada buat kamu. Dan bakal selalu kayak gitu," balasnya.
Aku menghela napas. Setelah ponsel kuaktifkan, deretan notifikasi dari berbagai aplikasi masuk bersamaan.