00 - Prolog

16K 391 9
                                    

Prolog dulu buat perkenalan 🙈🔞

Selamat membaca

___

Thomas Rafe Valiant

Di sebuah apartemen kecil, tiga orang siswa tengah duduk meratapi beberapa barang yang masih belum tertata pada tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah apartemen kecil, tiga orang siswa tengah duduk meratapi beberapa barang yang masih belum tertata pada tempatnya. Thomas sang pemilik apartemen itu duduk di koper besar yang berisi pakaian. Ia menghela napas karena lelah memindahkan barang-barangnya.

"Lo ngapain sih pindah ke apartemen segala? Mana apartemen kecil, jelek kayak gini." Ucap temannya yang berambut cokelat, Kelvin.

"Lo gak usah hina hunian gue. Gini-gini gue beli pakai uang tabungan gue sendiri. Ogah gue di rumah sama nyokap dan bokap. Dah muak gue." Ucap Thomas kesal.

"Sabar, pasti mereka punya alasan." Ucap satu temannya yang lain. Seorang laki-laki tampan bermata sipit, namanya Tommy.

"Iya, alasan mereka biar gue pergi dari rumah. Gini amat hidup gue." Rutuk Thomas masih tidak terima.

Ya, kini Thomas memilih sebuah apartemen sederhana yang tak jauh dari sekolah barunya. Dirinya benar-benar ingin hidup mandiri, jauh dari orang tuanya agar hidupnya tak diatur-atur seperti itu. Thomas berjanji tidak akan merepotkan orang tuanya lagi. Menunjukkan bahwa dirinya bukanlah seorang anak brengsek yang memalukan keluarga.

Ia kesal orang tuanya terlalu mengatur hidupnya. Padahal orang tuanya jarang di rumah. Tapi seenaknya kalau berkehendak. Lelucon macam apa, orang tuanya selalu ingin Thomas hidup mandiri. Padahal selama ini dia juga tidak terlalu bergantung pada ayah dan ibunya. Thomas sering tidur di tempat Tommy, atau di markas saat para anggota gangnya berkumpul.

Anehnya lagi, Thomas juga tidak tahu sekolah barunya ini seperti apa. Pasalnya yang mendaftarkan dirinya adalah ayahnya sendiri. Thomas hanya tahu sedikit tentang profil sekolah barunya.

"Lo cuma pindah sekolah, masih di kota yang sama, gak pindah ke luar negeri." Sahut Kelvin.

"Iya, kita bisa kumpul tiap hari. Kalo gak sibuk. Tenang aja, kita masih bakal kumpul sesama anggota geng. Jadi lo gak perlu khawatir." Ucap Tommy mencoba menenangkan sahabatnya itu.

"Yeah." Ucap Thomas malas.

"Lo mau dibantuin beresin gak? Kalau gak gue pulang." Ucap Kelvin kesal, karena Thomas malah malas-malasan saat dibantu.

"Eitss bantuin dong!" Ucap Thomas lalu bangkit dari duduknya.

Kelvin menendang pantat Thomas dan dibalas dengan lemparan sepatu. Sedangkan Tommy hanya geleng-geleng dan mengangkat kardus yang berisi entah apa untuk dibereskan. Meskipun mereka banyak adu mulut, namun juga bekerja membereskan tempat tinggal baru sahabatnya itu.

___

Amanda Putri Rizaldi

Amanda Putri Rizaldi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abella Dewi Rizaldi

Di sebuah rumah sederhana, seorang gadis tengah duduk di ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah rumah sederhana, seorang gadis tengah duduk di ruang keluarga. Sebuah televisi menyala, namun gadis itu tak berniat menontonnya. Meskipun begitu, ia terlihat nyaman dengan novel yang ada di tangannya. Tak terusik dengan suara televisi yang menayangkan gambar kartun.

"Amanda, lo jaga rumah ya, kali aja ada tamu datang. Tapi kalau dipikir-pikir pasti gak ada sih. Gue mau ke rumah temen gue. Nginep beberapa hari." Ucap seorang gadis yang baru keluar dari kamarnya. Satu tangannya menenteng koper kecil.

Gadis yang disebut namanya itu menoleh padanya. Menutup novelnya lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Uang dari Ibu gue pake buat belanja sama temen-teman nanti, lo masih ada uang, kan?" Tanya gadis itu lagi.

Amanda mengangguk lagi sebagai balasan. Gadis itu tak terlalu banyak bicara. Namun dia bukanlah seseorang yang akan diam saja saat melihat kejahatan atau hal tak baik di depan mata. Jika memang perlu bicara, ia akan bicara banyak melebihi orang biasanya.

"Kak Abella hati-hati, jaga diri baik-baik." Ucap Amanda pada sang kakak.

"Gak usah sok peduli, gue bisa jaga diri." Dengan ketus menjawab, Abella lalu pergi begitu saja.

Amanda, gadis pendiam yang menyimpan banyak luka. Kini ia duduk termenung, meratapi kesunyian yang ia hadapi. Senyum getir terbesit pada bibir tipisnya. Butiran air mata mulai menetes dari kedua mata cantiknya. Ia merasa kesepian.

___

To be continue.

...


Note:

Harap jangan komplain soal visual tokoh yang aku tetapkan. Jika kalian tidak suka, tidak masalah. Kalian bisa membayangkan siapapun untuk jadi visual kalian. Sudah beberapa kali aku baca komen soal visual, contohnya kata-kata,"ini lebih cocok jadi tokoh utama, blablabla".

Jadi begini ya, aku itu enggak bikin karakter utama selalu jadi sosok yang sempurna. Entah dari sifat atau fisiknya. Aku menetapkan karakter utama itu karena cocok menurutku. Aku bukan penganut karakter utama adalah orang yang paling 'wah' di antara tokoh lainnya. Aku hanya berusaha menonjolkan karakter di sana. Menunjukkan bahwa enggak semuanya harus perfect biar orang-orang suka. Termasuk fisik, jadi enggak mandang fisik doang. Aku bicara seperti ini di sini untuk mengantisipasi kalau ada yang protes. Dan lagi, semua tokohku itu adalah pemeran utama di kisahnya masing-masing. Terima kasih. 💛

See you next chapter 😍

___

First publish:
28-09-2020
Setelah Revisi:
11-08-2021




MeloPearl

Bad SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang